36. Bakso Ya

302 34 11
                                    

Pelajaran Fisika itu gampang. Gampang bikin pusing 360° maksudnya.

🌠🌠🌠

Kriinnggg!

Jam istirahat telah tiba. SMA Surawisesa kini tengah dibuat heboh oleh Pinky yang tadi ngajak nikah Ibu Mimin, guru Fisika. Lagi-lagi, Dodon dan Aroh mendapatkan job untuk mewawancarai Pinky yang baru saja selesai menjalankan hukuman.

"Ya, di sini kami meliput secara live. Di sana, terlihat Pinky yang baru saja selesai menjalankan sarapan paginya. Kalau begitu, sebelum Pinky pergi, mari kita hampiri dia! Ayo!" ucap Aroh layaknya reporter yang kini berjalan tergesa-gesa menghampiri Pinky.

"Baik, di sini kami telah bersama Pinky Wilsman. Jadi, Pinky bisa kah Anda menjelaskan kenapa Anda melamar Bu Mimin yang tak lain adalah guru Fisika kita?" tanya Aroh kemudian.

"Maaf, saya sedang sibuk. Perut saya lapar, tenggorokan saya haus, dan oleh karena itu, saya ingin makan. Karena ingin makan, maka saya akan menuju ke kantin. Karena saya ingin ke kantin, saya harap kalian tidak mengganggu acara makan saya. Karena saya tak ingin diganggu, alangkah baiknya kalian tak mengikuti saya. Karena saya tidak ingin diikuti, alangkah baiknya Anda berdua diam. Anda-anda paham?" tanya Pinky yang tak mau meladeni mereka.

Manusia mana sih yang ketika capek mau ditanya ini dan itu yang sama sekali tidak ada faedahnya?

Baru saja Aroh akan angkat bicara, Pinky terlebih dulu mendahuluinya dengan berkata, "Dan saya harap, Anda berdua ini tidak ngeyel. Karena kalau kalian ngeyel, tahu kan ini apa? Hm?" Pinky mengacungkan kepalan tangannya disertai tatapan bengisnya membuat Dodon dan Aroh meneguk ludah dengan susah payah.

Lagi-lagi, ketika Aroh baru ancang-ancang akan buka suara, Pinky mendahuluinya kembali.

"Masih mau keras kepala juga? Kalian tahu ini apa?" tanya Pinky seraya mengacungkan bola basket yang tergeletak karena habis dipakai olahraga oleh kelas sebelas IPS 2.

"Bola basket," jawab Aroh.

"Kalau saya lempar ke kepala kalian berdua, jadinya apa?" tanya Pinky lagi.

"Sa–sakit," jawab Aroh terbata-bata.

"Ya, seperti yang kalian ketahui, bahwasannya jika kalian tetap keras kepala untuk mengganggu saya makan atau menanyakan ini-itu yang sangat membuang-buang waktu dan tenaga, maka bersiap-siap saja bola ini akan menghantam kepala kalian hingga pecah dan berlumuran darah. Lalu ... kalian mati," ucap Pinky. Sadis.

Setelah mengatakan itu, Pinky pergi meninggalkan mereka yang menatap cengo dan ngeri perkataannya.

"Dan itulah liputan yang berhasil kami siarkan. Maaf karena kali ini kami tak bisa memberikan informasi yang lebih spesifik dikarenakan kami tak ingin mengambil resiko yang bisa berakibat fatal bagi kami. Sekian dan terima kasih," pamit Aroh yang menutup liputannya.

Ketika di perjalanan menuju kantin, semua orang berbisik-bisik melihat Pinky. Tentu saja itu karena adanya berita kejahilan Pinky tadi pagi terhadap Bu Mimin. Namun, dengan tak acuhnya Pinky justru biasa saja dan dia malah tersenyum melihat mereka yang menatapnya dengan tatapan aneh.

Saat di kantin, ia kembali mendapatkan tatapan yang sama. Jujur saja, risih itu pasti. Tapi daripada diambil pusing mending diabaikan. Toh, selagi hal yang dibuatnya membuat dia bahagia dan membuat orang-orang disekitarnya tertawa, Pinky tak keberatan.

Setitik Cahaya Bintang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang