29. Tas Kecil

299 32 2
                                    

Kasih sayang itu saling memahami satu sama lain, ibarat ruh dan jasadnya.

-Raka R. H

🌠🌠🌠

Setelah merasa cukup tenang, Yuki pun beranjak menuju ke kelasnya. Namun, di tengah perjalanan seseorang mencekal tangan Yuki hingga membuat gadis itu menatap ke arah belakang, dan mendapati Raka yang tengah berdiri menatapnya.

"Gue perlu bicara sama lo, please ... sekali aja," ucap Raka sangat lembut dari biasanya.

"Okay," jawab Yuki.

"Nanti pulang sekolah, lo bareng gue."

Yuki mengangguk.

***

Detik jarum jam terdengar nyaring memenuhi ruangan. Yuki tengah duduk menunggu Raka angkat suara di ruang tamu. Sejak dari pulang sekolah, pemuda di hadapannya ini masih belum juga berbicara. Entah karena apa.

"Gue minta maaf," ucap Raka pada akhirnya.

"Untuk?" tanya Yuki dengan sebelah alis terangkat.

"Gue terlalu ngekang lo waktu itu. Gue benar-benar menyesal, Ki. Gue mau ...," Raka menghela napasnya. "Kita bisa dekat kayak dulu lagi," lanjutnya.

"Sebagai teman," sahut Yuki cepat.

Raka diam beberapa saat sebelum akhirnya ia bertanya, "Gue boleh minta satu hal?"

Yuki menaikkan sebelah alisnya.

"Ini mungkin yang terakhir kalinya," ujar Raka.

"Hm? Terakhir? Maksud lo?" Yuki sangat bingung.

"Gue boleh gak meluk lo?" tanya Raka membuat Yuki membelalakan matanya. "Ini yang terakhir. Gue berani janji," ucap Raka lagi.

"O–okay," Yuki mengangguk gugup.

Tanpa basa basi, Raka langsung memeluk Yuki. Tanpa mereka sadari, para pelayan sedang mengintip mereka menampilkan tatapan iri, sendu, juga haru.

"Meni ingin atuh dipeluk si Bos."

"Romantis banget dah."

"Heem."

Yuki diam tanpa membalas pelukan Raka tapi entah mengapa ia merasakan pundaknya basah. Apa Raka menangis?

"Gue bakal pergi. Makasih udah mau jadi teman gue," bisik Raka.

"Pergi?" tanya Yuki dan Raka mengangguk kecil. "Ke mana?" tanya Yuki lagi.

"Tokyo," lirih Raka.

"Loh, kenapa?!" Yuki mengerjakan matanya beberapa kali.

"Gue dipecat jadi anak sama babeh," celetuk Raka.

Yuki ber-oh ria. Namun, ada sedikit sesak di hatinya mendengar Raka akan pergi.

"Lo nangis?" tanya Yuki.

"Enggak. Cuma ngeluarin air mata doang," ujar Raka.

Yuki berdecak sambil memutar malas bola matanya. Astaga, lagi sedih begini masih saja bercanda. Apa bedanya nangis dan mengeluarkan air mata wey?!

Raka mengeratkan pelukannya. "Besok gue pergi."

"Hm." Tangan Yuki terangkat untuk membalas pelukan Raka. "Kenapa jantung gue? Apa gue kena serangan jantung? Dada gue juga kok sesak ya dengar dia mau pergi? Apa gue kena asma?" Lanjut Yuki dalam hati.

Setitik Cahaya Bintang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang