47. Wind

296 32 14
                                    

Bugh!

Tanpa bisa menahan lagi, Randi membalikkan badan Raka dengan kasar dan langsung menghajar rahangnya hingga dia tersungkur karena pukulan dadakan tersebut.

"Maksud lo apa, bangsat?!" Raka marah dan bangkit.

Tidak salah dia bertanya? Bukan kah yang seharusnya bertanya seperti itu adalah Randi?

"Harusnya gue yang nanya maksud lo apa?" dingin Randi yang asalnya beku semakin beku. "Kenapa lo sia-siain kesetiaan dan kepercayaan Yuki, brengsek?!" bentak Randi.

Randi mencengkram kerah baju Raka.

"Kenapa? Jawab gue," tanya Randi dengan bisikan yang amat menyeramkan disertai tatapannya yang semakin menghunus.

"Dia yang ke-GR-an, kenapa gue yang disalahin?" tanya Raka dengan santainya.

"Apa maksud lo, hah? Lo tahu? Selama ini dia setia nungguin lo! Dan ini balasan lo sama kesetiaan dia?! Mana janji lo dulu?!" bentak Randi.

"Dia aja yang terlalu bodoh. Nungguin orang yang jelas-jelas pergi jauh dan gak pasti dia bakal ketemu lagi atau enggak, dengan perasaan yang sama atau beda." Acuh Raka dengan wajah yang amat membuat Randi semakin ingin menghajarnya.

"Brengsek!"

Bugh!

Randi menghajar Raka kembali. Tanpa mereka tahu, seorang gadis tengah berdiri menatap mereka dari kejauhan tanpa ada niatan untuk menghampiri dan menengahi.

Raka mendecih.

"Bukannya lo pacar dia selama ini? Harusnya lo senang dong kalau gue pergi dari hidup dia," ucap Raka yang kini tersungkur dan tengah berusaha bangkit. Ia kini terduduk sambil memegang rahangnya yang kembali di pukul keras oleh Randi.

Bugh!

"Apa maksud lo?" Randi kembali mencengkram kerah baju Raka.

"Gue sengaja jauhin dia karena gue tahu lo selalu ada buat dia! Sejak kita SMA, dia lebih dekat sama lo dibanding gue! Gue cuma mau dia sama orang yang pasti bisa jagain dia! Gue cuma gak mau dia sakit karena nunggu gue yang gak akan balik! Gue cuma pengen dia bahagia! Gue—"

"Dan asal lo tahu! Gue ngorbanin perasaan gue karena lo! Selama ini dia setia sama lo! Setia nunggu lo balik dengan janji yang dulu lo bilang ke dia! Gue emang selalu ada buat dia! Tapi bukan berarti gue bisa rebut dia dari lo! Hati dia cuma buat lo, dia cuma sayang sama lo! Dia ke sini buat bisa ketemu lo dan memperjelas semuanya! Tapi lo malah main belakang! Cowok macam apa lo, Rak?!" bentak Randi dan kemudian menghajar Raka lagi.

Bugh!

Gadis yang berdiri itu, kini menutup mulutnya kaget dan air matanya jatuh. Ia berbalik pergi dan berlari entah ke mana. Suatu fakta yang benar-benar menyesakkan bahwasannya orang yang ia cintai ternyata hanya menjadikannya sebagai pelampiasan semata. Raganya memang bersamanya tetapi jika hatinya untuk orang lain, buat apa?

"Dengan lo pergi, apa lo pikir dia bakalan bahagia?! Lo lihat, Rak! Lihat! Dia nangis! Nangis karena lo pergi dari dia dan lebih milih cewek lain! Gue cuma pijakan buat dia, Rak! Karena gue tahu kalau dia gak bakalan bisa buka hati lagi buat cowok lain selain lo!" bentak Randi.

Setitik Cahaya Bintang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang