11. Akting Habis-habisan

407 49 17
                                    

Lo kira gue bunglon apa yang pindah tempat beda sifat?

🌠🌠🌠

"Yuki!" panggil Raka disertai senyuman manisnya sambil memberikan isyarat untuk keluar kelas. Yuki pun mengangguk malas dan beranjak dari kelas.

"Minggir dikit. Gue mau keluar," datar Yuki kepada Pinky yang ada di sebelahnya.

Tanpa menoleh sedikit pun Pinky langsung bergeser dan memberinya jalan. Mereka sejak pagi tak saling sapa karena insiden kemarin.

Saat ia sedang berjalan ke arah Raka, tiba-tiba Alfan ada di belakang pacar jadi-jadiannya itu—menatap Yuki. Yuki pun menoleh ke arah Alfan dan Alfan tersenyum kikuk, menahan canggung juga rasa sakitnya. Niatnya ia ingin menghampiri Yuki untuk menanyakan perihal Raka. Tapi, ia kalah start.

"Kenapa, Ki? Dia siapa? Teman kamu?" tanya Raka.

"Hm. Kenalin, dia Alfan," datar Yuki.

"Oh. Hi, Fan! Gue Raka." Raka menjulurkan tangan kanannya.

Alfan membalas uluran tangan Raka. Namun, ia sedikit mencengkram tangan Raka karena tak kuasa menahan kebencian. Hingga Raka menaikan satu alisnya dan setelah itu barulah Alfan melepaskan jabatan tangan mereka.

"OK, nice to meet you, Alfan. Kalau gitu, kita duluan ya? Ayo, Ki!" Raka dan Yuki pun pergi meninggalkan Alfan.

Alfan menatap kepergian mereka berdua sebelum akhirnya ia masuk ke kelas XI A-2 dan duduk di samping Pinky yang sedang bermain game. Lantas ia menghembuskan napas kasar sambil menelungkupkan kepalanya di antara kedua tangannya.

"Kenapa lagi? Galau lagi?" tanya Pinky tanpa mengalihkan pandangannya.

"Lagi mabar? Gue ikutan dong!" seru Alfan.

"Ngalihin pembicaraan lo. Gak, kita gak mabar. Gue mah setia sama satu game Sonic Dash gue." Santai Pinky.

"Jadul," celetuk Randi.

"Biarin. Masalah buat lo?! Hah?!" sewot Pinky.

"Gak," jawab Randi. Singkat, padat, dan jelas.

"Lo kayak bocah aja main begituan," cibir Alfan.

"Gue akan selalu jadi bocah. Biar gue tetap cantik, muda, dan imut selalu," timpal Pinky dengan pose-pose sok imutnya.

"Bisa lebay juga lo?" tanya Randi.

"Ngikut-ngikut aja lo. Gak ada kabel nyambung juga!" sambar Pinky.

"Kabel banyak. Tuh, stop kontak ada kabelnya. Noh, di atas langit-langit kelas ada kabel yang menghantarkan arus listrik ke lampu. Dan masih banyak lagi," datar Randi.

"Dasar beka! Yang gue maksud bukan itu juga. Hish!" gerutu Pinky membuat Randi tersenyum tipis.

"Ketularan gue kali dia lebay. Kan dia suka main bareng gue." Alfan terkikik.

"Berarti kalau dia suka main sama gue, ketularan dingin dong?" tanya Randi.

"Bisa jadi," kekeh Alfan. "Noh, Ky! Mending lo main sama si Randi, biar kelas lo nyaman dan damai. Biar lo gak teriak-teriak kayak toa mulu, hahaaa!" lanjut Alfan.

"Boleh boleh. Sini!" ajak Randi, masih dengan wajah lempengnya

"Lo kira gue bunglon apa yang pindah tempat beda sifat?! Sialan ya lo berdua!" omel Pinky tak terima.

Diwaktu yang sama dengan tempat yang berbeda, Yuki dan Raka tengah menjadi sorotan awak media dan berbagai pasang mata. Dua sejoli itu tengah duduk di kursi kantin sambil memakan makanan masing-masing—yang sebelumnya telah dipesankan oleh Yuki. Tadinya akan dipesankan atau dibelikan oleh Raka, tapi lagi-lagi kata mandiri disangkut pautkan oleh gadis berambut sebahu itu. Akhirnya, Rakalah yang mengalah.

Setitik Cahaya Bintang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang