24. Pembawa Sial

310 35 3
                                    

Seseorang yang dapat memahami dirimu adalah dirimu sendiri. Karena kau adalah pahlawan bagi dirimu.

-Ayuki S

🌠🌠🌠

"Gue mau ke perpustakaan. Itu, makanan lo dimakan. Jangan dianggurin," ucap Yuki sebelum akhirnya pergi. Pinky pun hanya merespon dengan sebuah anggukan.

Di koridor, Yuki tak sengaja tertabrak oleh Dodon dan Aroh yang terlihat heboh.

Bukh!

Aroh menyenggol bahu kanan Yuki dari belakang.

Bukh!

Dodon menyenggol bahu kiri Yuki dari belakang.

"Kita gak boleh ketinggalan liputan ini. Ayo, Don! Cepetan! Lelet banget sih lo!" kesal Aroh disela kegiatan larinya.

Karena penasaran, Yuki pun akhirnya mengikuti mereka dan beberapa anak lainnya yang entah akan pergi ke mana. Dalam otaknya terus berputar pertanyaan, apa yang membuat SMA Surawisesa kembali heboh seperti ini?

Sementara itu, di kantin suasana tengah memanas. Dua orang laki-laki tengah bergulat di tengah-tengah kerumunan massa, yang satu dengan emosi yang membara dan yang satunya lagi dengan wajah tetap tenangnya. Pasrah.

Bugh!

"Sialan lo!"

Bugh

"Anjing!"

Pemuda yang penuh amarah itu terus menghajar si Pemuda yang terlihat diam tanpa ingin membalas. Bukan karena tak mampu, dia hanya tidak ingin semakin menambah masalah. Dalam hatinya, ia sangat marah dan ingin membalas balik perbuatan pemuda di hadapannya. Namun, ia urungkan karena ini adalah sekolah—dan ia sangat anti untuk membuat keributan apalagi sampai berurusan dengan Wakasek kesiswaan nantinya.

Bugh!

Sekali lagi, pemuda itu memukul wajah lawannya hingga hidungnya mengeluarkan darah dan luka robek di sudut bibirnya semakin parah.

Yuki yang baru sampai di sana sontak dibuat terkejut. Apa-apaan ini?!

"Raka!" teriak Yuki.

Ya, pemuda yang tengah memukul itu adalah Raka dan pemuda yang dipukulnya adalah Randi. Dengan cepat, Yuki membelah kerumunan dan berusaha menghentikan perkelahian tersebut.

"Raka! Stop!" teriak Yuki namun diabaikan.

Merasa tak direspon, Yuki pun melepaskan sepatunya dan melemparkannya tepat mengenai kepala Raka.

"Siapa yang lempar sep—"

"Gue!" sentak Yuki yang memotong ucapan Raka.

"Yuki?" Raka bangun dan melepaskan cekalannya pada kerah baju Randi.

"Semuanya, BUBAR!" Yuki kali ini terlihat marah, menyeramkan.

Mereka tampak terkejut mendengar bentakan Yuki. Yuki yang biasanya terlihat tenang dan datar kini benar-benar mengerikan.

"BUDEG! GUE BILANG BUBAR!" bentak Yuki lagi.

Dengan kesal, para murid pun bubar. Mereka melontarkan sorakan kecewa kepada Yuki. Setelah dirasa suasana sudah cukup kondusif, Yuki beralih menatap Raka dengan tatapan tajam sekaligus kecewa. Padahal niatnya hari ini akan memberikan jawaban kepastian untuk Raka. Tapi, melihat ini Yuki  tak akan mau menerimanya. Sungguh, Raka keterlaluan.

Setitik Cahaya Bintang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang