Chapter 8

3.6K 213 5
                                    

Yerin merasakan sesak di dadanya. Nafasnya tercekat. Gelap. Ia benci gelap. Lebih tepatnya ia tidak bisa berada ditempat gelap tanpa penerangan sedikitpun.

Entahlah tiba-tiba saja seluruh lampu apartemen mati. Tubuh Yerin bergetar hebat. Takut.

Prangggg...!!

Gelas yang sedari tadi dipegang Yerin jatuh. Pecah berkeping-keping.

"Yerin-ah!!" Teriak Jimin.

Mendengar sesuatu yang jatuh dari arah dapur Jimin panik. Karena Yerin yang sedang berada di dapur ,takut terjadi apa-apa. Ditambah dalam keadaan gelap karena aliran listrik di apartemen mereka mati.

"Jangan bergerak oke?! Aku akan ke sana." Perintah Jimin. Langsung saja ia menyalakan lampu flash ponselnya kemudian menuju dapur.

Yerin masih terdiam. Ia belum berhasil mengatur nafasnya. Sesak masih menyelimuti dadanya. Sesekali Yerin terisak. Merasakan takut yang luar biasa.

Jimin dapat melihat pecahan kaca di sekitar kaki Yerin.

"Gwenchana?" Tanya Jimin namun Yerin tidak menjawab, ia masih terisak dan kesulitan bernafas.

Jimin mendekati Yerin mengguncang bahunya pelan. Yerin memalingkan wajahnya menghadap Jimin. Dapat Jimin lihat bahwa kini pipi Yerin sudah basah oleh air mata dan juga nafas Yerin yang tersengal-sengal.

"A-aku..t-tolong aku.." lirih Yerin. Jimin kembali mengarahkan flash ponsel ke arah bawah dan mendapati kaki Yerin sedikit tergores dan mengeluarkan darah.

"Tunggu sebentar. Aku akan ambil P3K dulu." Belum sempat Jimin beranjak ia merasakan tarikan diujung bajunya. Yerin menggeleng.

Tanpa pikir panjang Jimin mengangkat tubuh Yerin. Menggendongnya ala brydal style. Dengan hati-hati Jimin menuju sofa dan mendudukkan Yerin disana.

Apa sesakit ini terkena pecahan kaca sampai Yerin harus menangis. Itulah yang berada dipikiran Jimin.

"Tunggu disini sebentar." Belum sempat Jimin beranjak ia merasakan kembali tarikan diujung bajunya.

"Hanya sebentar oke." Ucap Jimin.

Yerin menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"A-aku t-takut.." Jawab Yerin disela isakannya.

Jimin melihat ketakutan di wajah Yerin. Akhirnya Jimin memutuskan duduk disebelah Yerin.

"Kakimu terluka, harus segera diobati." Ucap Jimin lembut.

"Jangan tinggalkan aku. Aku takut gelap." Jawab Yerin lirih setelah mampu mengatur nafasnya kembali.

Jimin mengerti kemudian menggenggam tangan Yerin.

"Baiklah. Jangan takut aku disini oke." Ucap Jimin menenangkan Yerin. Yerin hanya mengangguk.

Tiba-tiba saja flash ponsel Jimin mati. Baterai ponselnya habis.

Aishh sial!

Jimin merasakan genggaman tangannya semakin erat. Ia bisa merasakan bahwa gadisnya kini tengah ketakutan.

Jimin melepaskan genggamannya. Yerin sempat terkejut karena ia benar-benar tidak bisa bernafas jika ia tidak merasakan seseorang disekitarnya.

Tak disangka Jimin merengkuh tubuh Yerin ,menariknya kedalam pelukan hangatnya.

"Jangan takut,aku disini." Ucap Jimin. Jika saja saat ini Yerin tidak ketakutan sudah dipastikan tubuh Jimin terhempas ke lantai. Tentu saja Yerin akan mendorongnya karena dengan beraninya Jimin memeluknya.

HURT [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang