Chapter 18

3.4K 192 9
                                    

Yerin menghela nafas lega saat ia sudah berhasil memasuki apartemen nya.

Tubuh lelahnya ia bawa ke kamar mandi guna membersihkan diri. Sedangkan Jimin sudah bergelut dengan selimut tebalnya saat ia memasuki kamar.

Jimin tidur? Tidak,dia hanya memejamkan mata,ia tau Yerin baru pulang namun ia juga enggan untuk menyapanya toh Yerin juga marah padanya—pikirnya ,karena Yerin sama sekali tidak membaca pesannya.

Yerin telah selesai dengan urusan kamar mandinya,kemudian ikut membaringkan tubuh lelahnya di ranjang empuk tersebut.

Yerin memilih untuk segera berlalu ke alam mimpi,hingga malam itu terlewat begitu saja. Tanpa ada sekedar bertukar tanya tentang hari ini.

Sepuluh menit berlalu,dan seperti biasa Jimin tidak bisa tidur bahkan lima menit pun. Akhirnya ia memilih untuk melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya.

Jimin masih sibuk meneliti rentetan nama, otaknya berpikir keras guna mencari investor pengganti. Sebenarnya ia bisa saja menyuruh karyawannya tanpa turun tangan langsung ,ia hanya merasa perlu tanggung jawab karena pembatalan sepihak darinya.

Hari sudah semakin larut namun Jimin masih setia dengan persegi lipatnya dengan kacamata yang membingkai mata lelahnya. Ia lelah sungguh,kepalanya terasa pening. Cacing pada perutnya sudah meronta meminta jatah makan,mengingat ia hanya menyantap sarapannya sejak pagi.





Hari menjelang pagi. Yerin membuka matanya,namun presensi Jimin tidak ia dapatkan disebelahnya. Ia segera turun guna mencari Jimin.

Dan benar saja Jimin masih berada diruang kerjanya, dengan melipat tangannya diatas meja kemudian menenggelamkan wajahnya.

Yerin mendekat,menepuk bahu Jimin pelan.

"Jimin.." Jimin mendongak dengan wajah lelahnya lengkap dengan lingkaran hitam dibawah matanya.

"Kau tidak tidur semalam?  jangan paksakan dirimu." Jimin hanya berdehem. Jimin hanya merasa tubuhnya lemas tidak bertenaga. Setelahnya ia berniat untuk membersihkan diri dan berangkat ke kantor.

Yerin sudah selesai dengan urusan memasaknya saat Jimin sudah siap dengan setelan jas kantornya. Namun Jimin hanya melewati meja makan begitu saja. Membuat Yerin sedikit tertohok dengan perlakuan Jimin.

Apa aku sangat-sangat keterlaluan? Aku kan hanya menyuruhnya untuk berhenti membual kemarin. Apa dia marah? Aku juga tidak berniat tidak membalas pesannya. Ponsel ku mati bodoh!

Yerin mengucapkan sumpah serapah nya dalam hati pagi ini. Yerin menghela nafas sebelum mengutarakan sebuah kalimat.

"Kau tidak makan?"

Jimin menggeleng.

"Aku tidak nafsu makan."

"Ohh.."
"..mau ku buatkan bekal?" Tanya Yerin lagi.

"Tidak perlu. Aku pergi." Kemudian Jimin menghilang dibalik pintu besi apartemen.

"Ige mwoya? Apa dia marah padaku." Yerin hanya menghela nafas meratapi nasib sarapan buatannya yang tidak tersentuh sama sekali.



🍃🍃🍃


"Jimin apa benar?" Tanya Hoseok saat memasuki ruangan sahabat yang merangkap sebagai atasannya itu.

Jimin hanya mengangguk guna menjawab pertanyaan Hoseok karena Jimin sudah tau apa yang ia maksudkan.

Hoseok menghela nafas. Jujur ia juga bingung,jimin bukan tipe orang yang suka berkehendak seenaknya. Ia selalu mempertimbangkan matang-matang keputusannya. Jadi Hoseok yakin Jimin memiliki alasan yang kuat.

HURT [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang