Chapter 16

3.5K 199 4
                                    

"Tidak Yerin. Omong kosong. Dia mabuk." Setelah itu Yerin sibuk memperhatikan wajah damai Jimin.

Namun seketika wajah Yerin berubah.

"Geunde Jimin.. nasib buruk seperti apa yang kau maksud?"

Baiklah anggap saja Yerin percaya jika racauan Jimin benar-benar hanyalah racauan akibat alkohol. Namun, bagaimana dengan kata-kata jujur saat seseorang dibawah kendali alkohol? Bukankah banyak orang-orang yang percaya akan anggapan tersebut. Jadi bisakah Yerin mengulas senyum sejenak mendapati seorang Park Jimin melakukan pengakuan perasaannya malam ini.

Namun jika semua yang dikatakan Jimin benar,bagaimana dengan kalimat maaf yang benar-benar mengganggu pikiran Yerin sampai detik ini.

Flashback on~

"...maaf karena menyeret mu pada alur hidup yang lebih menyedihkan."

"..maaf karena nasib buruk yang aku sebabkan."

"..tapi aku tidak akan membiarkan dia menyentuh mu sungguh!.."

Pening semakin menguasai kepala Jimin saat ini.

"Apapun yang terjadi tetaplah di sisiku."

"..jebal.."



"..saranghae.." lirihnya sebelum kesadarannya hilang.

Flashback off~

🍃🍃🍃

Mentari telah merangkak naik berganti tugas dengan sang Dewi malam.

Jimin mengerjab pelan,pening masih betah berlama-lama di kepalanya.

Ia mencoba duduk kemudian memegang tengkuknya yang terasa berat.

"Apa aku minum sebanyak itu.." gumamnya sebelum melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Seperti biasa Yerin sudah berkutat dengan peralatan dapur menyiapkan sarapan saat Jimin keluar dari kamar.

Jimin mengambil gelas kemudian menuangkan air kedalam nya. Ia sempat terdiam mencoba mengingat kejadian semalam sebelum akhirnya ia meloloskan segelas penuh air dalam sekali teguk.

"Eoh kau sudah bangun. Duduklah aku hampir selesai." Ucapnya setelah menyadari keberadaan Jimin.

Jimin mengikuti perintah Yerin tanpa sepatah kata apapun. Ia masih mencoba mengingat kejadian semalam. Ia yakin bahwa sesuatu terjadi pada mereka.

Yerin menghampiri meja dengan sup yang masih panas ditangannya. Ia menyodorkan pil penghilang pengar.

"Minumlah." Setelah itu ia memberikan Jimin semangkuk nasi dan sup.

"Yerin-ah" panggil Jimin.

"Hm? Wae?" Jawabnya singkat.

Dia biasa-biasa saja. Aishh mungkin hanya perasaan ku saja.

"Tidak." Kemudian Jimin memasukan sesendok sup kedalam mulutnya setelah sebelumnya menelan pil yang diberikan Yerin.

Yerin kembali teringat dengan kejadian semalam dan seketika saja wajahnya memerah.

Astaga ada apa denganku.

"Jimin.." panggilnya.

Jimin mengalihkan atensinya pada istrinya itu sembari tetap mencoba mengingat.

HURT [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang