Chapter 19

3.4K 206 2
                                    

.
.
.
.
.

"Lalu? Kau ingin bercerai sekarang?"

Deg.

Tunggu dulu..apa? Bercerai? Sekarang? Bukankah itu masih sekitar tiga bulan lagi? Yaa seingatku memang masih tiga bulan lagi sesuai kesepakatan.

"Bukan itu-"

"Apa kau benar-benar sudah muak denganku?"

Astaga dia memang benar-benar bukan Park Jimin.

"Baiklah kau boleh pergi. Aku akan urus surat cerainya besok."

Setelah itu ia melenggang pergi tanpa memperdulikan ekspresi ku yang benar-benar terlihat bodoh mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

Apa aku melakukan kesalahan? Aku hanya bertanya kenapa dia membatalkannya karena kata In Ah itu mimpi besarnya. Dan soal aku ingin bercerai.. bukan,bukan itu yang ku maksudkan.

Maksud ku apa tidak ada cara lain? Setidaknya ia harus membicarakan baik-baik kan dengan investor itu?

Aku benar-benar tidak mengerti,kenapa dia sangat menyebalkan. Benar dia memang menyebalkan sedari dulu,tapi kali ini dia menyebalkan dan juga dingin.

Yakk apa peduliku! Kenapa aku seperti ini. Bukankah ini lebih bagus Yerin? Kau akan segera bebas.

Author Pov.

Yerin tengah menghadap layar plasma besar yang biasa disebut televisi itu sejak setengah jam yang lalu. Namun sepertinya pikirannya tidak ada bersamanya saat ini.

Jujur saja Park Jimin sudah sedikit banyak mengambil alih isi otaknya beberapa belakangan ini. Jimin itu pekerja keras,memiliki pemikiran yang dewasa mengingat usianya baru akan menginjak dua puluh empat tahun,yahh meskipun ia juga kerap kali bertingkah layaknya bocah usia lima tahun.

Dan Yerin benci jika ia harus menjadi alasan hancurnya mimpi seseorang. Terlebih itu Jimin. Ia yakin jimin juga tidak menyukai pernikahan ini,juga merasa tertekan mungkin.

Tapi Jimin tidak pernah meluapkan emosinya meski Yerin kadang menyebalkan dan keras kepala. Jimin juga masih bersedia tinggal bersamanya,bahkan membiayai hidupnya. Bukankah itu sudah terlewat baik?

Dan yang paling penting Jimin tidak pernah memaksa Yerin untuk memenuhi kebutuhannya. Jimin memang beberapa kali hampir saja melakukannya namun ia benar-benar mengendalikannya.

Bayangkan saja Jimin itu pria,yang sudah dipastikan seusianya sudah melakukannya beberapa kali mungkin? Tapi Jimin tidak. Ditambah ia sudah menikah,tinggal satu atap,tidur satu ranjang bersama wanita yang berstatus istri. Bukankah Jimin bisa melakukan apapun padanya? Siapa yang akan melarangnya? Toh dia istri sahnya.

Jimin benar-benar menghormati Yerin. Sangat. Dan Yerin sadar betul akan hal itu. Mungkin itulah alasan ia sangat gusar saat ini.

🍃🍃🍃

Kini Yerin sudah berdiri didepan rumah mewah yang bahkan sangat jarang ia kunjungi. Ia yakin ibu paruh baya itu sedang di depan televisi menonton drama kesukaannya dengan segelas teh hangat yang menemaninya. Entahlah tiba-tiba saja ia merasa menyesal atas tindakan bodohnya dulu yang lebih mementingkan egonya dan memilih hidup sendiri terpisah dengannya. Membiarkan wanita berhati malaikat itu sendiri dan kesepian.

Mengingat ia tumbuh jauh di negara lain. Meskipun ia disana bersama ayahnya,tapi percayalah seorang Kim Yerin tidak pernah mau menerima uang sepeser pun dari laki-laki yang menyandang status ayahnya tersebut. Ia lebih memilih bekerja paruh waktu untuk kelangsungan hidupnya. Gengsi,alasan yang klasik.

HURT [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang