Chapter 21

3.4K 180 30
                                    

.
.
.

Apa dia mantan kekasih Jimin? Masa lalunya? Yang membuatnya bersikap dingin terhadap wanita? Ani,bahkan eomma bilang ia menjadi sosok yang dingin kepada semua orang. Geu ttaemune?

Hanya itu yang Yerin pikirkan sejak ia memasuki mobil Jimin menuju perjalanan pulang. Hari sudah mulai sore dan beruntungnya Jimin tidak lembur hari ini jadilah mereka bisa pulang lebih awal.

Mereka sampai di basement, "kau tidak turun?" Tanya Jimin.

Rindu? Iri? Aishh memangnya dia siapa? Tunggu dulu! Kenapa aku peduli?! Aishh jinjja!

Yerin tidak menjawab. Ia masih larut dalam lamunannya.

"Yerin!?" Panggil Jimin karena ia tak mendapat respon apapun.

"Eoh? Wae?" Jawab Yerin setelah tersadar dari lamunannya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Jimin heran.

"A-aku baik-baik saja." Jawabnya kemudian mengedarkan pandangannya,"aah sudah sampai ya..kajja!" Ucapnya tersenyum kemudian turun dari mobil.


🍃🍃🍃


Yerin berjalan menyusuri trotoar sore ini. Ia terlambat pulang,bahkan ia terlambat naik bus dan harus menunggu 30 menit di halte. Karena biasanya ia pulang satu jam lebih awal sebelum jam pulang pekerja kantor.

Jimin? Tentu saja ia sibuk dengan urusan kantornya. Bahkan lusa ia harus terbang ke Rusia untuk launching proyek besar perusahaannya itu. Sebenarnya Jimin ingin menjemputnya,namun Yerin menolak—lagi.

Yerin cukup sadar diri,pekerjaan Jimin itu banyak. Lagipula ia juga masih bisa naik kendaraan umum,ingat! Yerin itu bukan gadis manja.

Jalanan mulai gelap,sepertinya akan sulit mendapatkan taksi hari ini karena para pekerja kantor juga baru keluar dari kantor mereka. Bahkan didalam bus tadi Yerin tidak kebagian tempat duduk dan mengharuskan ia berdiri.

Dan sepertinya ia harus jalan kaki dari halte bus menuju apartemennya—dan Jimin.

Yerin berjalan dengan santai kemudian merogoh ponsel didalam tas selempang nya. Sekedar mengusir bosan karena membutuhkan waktu setidaknya 10 menit jika jalan kaki.

Sesekali pikirannya jatuh pada Jimin. Tidak,lebih tepatnya chatting pada ponsel Jimin yang sempat ia buka tempo hari.

Tapi tiba-tiba yerin berhenti. Tangannya menggenggam erat ponselnya,yang satu memegang tali tas nya.

Jalanan sudah sepi,meskipun ini menuju apartemen namun sudah dipastikan para penghuninya super sibuk. Dan biasanya jalan ini ramai jika sudah pukul 09.00 keatas. Dimana para pekerja keras itu sudah lelah dan ingin segera bertemu kasur empuk di kamar masing-masing.

Tapi ada yang aneh. Bukan apa-apa,hanya saja Yerin merasa diikuti. Bukan. Itu bukan hantu karena Yerin masih mendengar derap langkah orang itu.

Yerin mulai melangkahkan kakinya,dan orang dibelakang Yerin pun sama. Kemudian Yerin berhenti—lagi,berpura-pura membenahi ikat tali sepatunya. Beruntunglah ia menggunakan sepatu ket hari ini.

Dan orang itu juga berhenti. Yerin mulai berdiri,meneguk ludahnya kasar. Ini tidak bagus—batinnya.

Pikirannya sudah entah kemana. Bagaimana jika dia orang jahat? Jika orang itu langsung menyerangnya mungkin Yerin masih bisa melawan. Tapi bagaimana jika dia membawa senjata. Pisau? Pistol? Atau mungkin balok kayu untuk memukul kepalanya dan saat ia pingsan ia mengambil ponsel dan tasnya?

Atau mungkin membekapnya dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius agar ia bisa diculik? Kemudian ia dibunuh dan organ dalamnya diambil kemudian dijual di pasar gelap? Mata Yerin terbelalak,tangannya menutup mulutnya. Membayangkannya saja sudah sangat mengerikan.

Entahlah tiba-tiba saja otaknya memunculkan memori paket yang berisi boneka dengan lumuran darah,ingat? Dan itu semakin memperburuk suasana. Tubuhnya menegang. Apa ia akan dimutilasi seperti boneka itu juga?

Yerin menggeleng,ia mengatur nafasnya. Mencoba meyakinkan dirinya jika ia akan baik-baik saja,meeskipun tubuhnya sudah berkeringat dingin dan jantungnya berdegup dengan cepat. Bahkan saat di cium Jimin saja rasanya tidak sehebat ini. Aishh kenapa malah memikirkan ciuman Jimin!

Yerin mulai mengambil langkah kembali dan tentu saja orang dibelakangnya juga melakukan hal yang sama. Saat melewati tikungan Yerin dapat melihat orang itu dari sudut matanya.

Orang itu mengenakan pakaian serba hitam dengan topi dan juga masker yang menutupi sebagian wajahnya. Jarak mereka semakin dekat. Kenapa apartemen Jimin jauh sekali,jika begini lebih baik Yerin mau saat Jimin ingin menjemputnya.

Yerin mempercepat langkahnya,bahkan ia sudah berlari namun orang dibelakangnya juga ikut berlari. Yerin benar-benar takut sekarang. Sial.

Yerin sedikit menengok kebelakang dan bruk! Yerin jatuh tersungkur. Siapa orang bodoh yang meletakkan batu sialan ditengah jalan begini. Astaga sepertinya sudah banyak sumpah serapah yang Yerin ucapkan.

Langkah kaki itu kian mendekat,bayangan orang itu terlihat jelas berjalan kearah Yerin. Yerin mencoba bangkit. Dan demi abs sexy yang berada diperut Jimin, kenapa hari ini Yerin merasa sangat sial. Kakinya terkilir dan itu terasa sangat sakit, ditambah luka kecil di bagian lututnya karena ia mengenakan rok hari ini.

Orang itu berdiri tepat didepan Yerin,namun Yerin tidak berani mendongak untuk sekedar melihat wajahnya. Orang itu mulai mengeluarkan tangannya yang sedari tadi ia sembunyikan di saku.

"Aaaaaaaa..ampun tuan tolong jangan bunuh saya!" Teriak Yerin gemetar.

"Ini..ini..tasku am-ambilah ada uang didalamnya..dan juga ponsel ku ambilah! Tolong jangan sakiti saya!" Ucap Yerin dengan nada bergetar.

"Jeogiyo-" omongan orang itu terpotong oleh teriakan Yerin lagi.

Yerin menutup kedua telinganya.

"Tolong jangan sakiti saya..hiks saya ..saya bukan orang kaya..hiks aku bahkan tidak pernah olahraga..jadi organku tidak begitu baik..jika dijual harganya pasti murah..hiks jebal.." Yerin terus meracau tidak jelas sementara orang tersebut hanya diam ditempat.

Grep!

Orang itu memegang bahu Yerin.





"Aaaaaaa"








Tbc.

Eheheh pendek yaa kek Jimin😂..
Gapapa lah kan tetep up wkwk✌


vomentnya juseyoo...😚

Big laff💕

HURT [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang