Chapter 23

4.2K 203 53
                                    

.
.
.
.

"...aku lapar.." ucap Jimin.

Jimin bangun kemudian kembali menyantap makanannya.

"Heol! Dia bahkan bersikap biasa saja padahal hampir membunuhku." Lirih Yerin tapi masih mampu didengar Jimin. Namun Jimin tak menghiraukan dan tetap melanjutkan makannya.

Yerin bangun dari posisinya dengan perasaan kesal dan juga mengikuti Jimin menyantap jajjangmyeonnya.

Yerin membereskan sisa makanan mereka,

"Biar aku saja." Dan Yerin hanya diam,jujur saja ia merasa kesal dengan Jimin.

"Kajja." Ajak Jimin mengulurkan tangannya.

"Kemana?" Tanya Yerin.

"Tidak tidur?" Jimin balik bertanya.

Yerin hanya berdehem kemudian mencoba berdiri. Kakinya masih sedikit sakit. Tiba-tiba saja Jimin mengangkat tubuh Yerin dalam satu hentakan yang membuat Yerin kaget.

"Apa?" Tanya Jimin saat menyadari bahwa Yerin melihatnya dari tadi.

"Aku bisa jalan sendiri." Namun Jimin hanya diam.

"Lain kali hati-hati,kenapa bisa sampai terjatuh." Ucap Jimin sembari menurunkan Yerin di ranjang.

"Aku kira dia orang jahat makanya aku lari." Jelas Yerin.

"Dia?" Dahi Jimin berkerut.

Yerin mengangguk. "Jungkook. Dia bilang kau menyuruhnya. Lagipula kenapa kau menyuruh orang mengikuti ku,aku bukan anak kecil."

Jimin ikut naik keatas ranjang.

"Jungkook? Dia kesini?" Tanya Jimin bingung.

"Hmm kenapa?" Tanya Yerin.

"Tidak." Jawab Jimin singkat.

"Apa Wozy ke sini?" Tanya Jimin lagi.

"Hmm dia yang mengantarku sampai apartemen." Jelas Yerin,sedang Jimin hanya ber-oh ria.

"Tidurlah ini sudah malam." Kemudian Yerin benar-benar berlalu ke alam mimpi —dan seperti biasa disertai pelukan hangat dari sang suami🌚

🍃🍃🍃

Jimin benar-benar sangat sibuk dua hari belakangan ini,ditambah lagi besok ia harus terbang ke Rusia untuk turun tangan langsung persiapan peluncuran proyek besarnya itu.

Bahkan Jimin pulang larut hari ini,sungguh tubuh dan pikirannya sangat lelah.

Jimin memasuki rumah tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

Yerin sedikit terjingkat saat mendapati Jimin tiba-tiba berada dibelakangnya,dengan wajah lelahnya. Lengkap dengan rambut yang acak-acakan,dua kancing teratas kemejanya sudah terlepas,dasi yang entah kemana serta lengan yang sudah terlipat asal-asalan sampai siku.

Benar-benar jauh dari kata rapi.

"Astaga! Kapan kau pulang? Aku tidak mendengarnya." Ucap Yerin.

"Baru saja." Jawabnya seadanya.

"Mandilah aku sudah menyiapkan air hangat." Jimin hanya mengangguk kemudian berlalu menuju kamar.

Jimin sudah selesai mandi,menuruni tangga dengan kaos putih polos dan celana boxernya.

"Makanlah." Jimin tidak mengatakan apapun dan langsung menyantap makanannya.

HURT [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang