Chapter 15

3.5K 206 0
                                    

Jimin masih sibuk menelisik setiap kerumunan manusia yang tengah asik menikmati pesta untuk mencari sosok Yerin.

Namun sudah cukup lama dan hampir setiap sudut ruangan Jimin cari,namun ia tak kunjung menemukan sosok yang ia cari.

"Gwencaha yerin-ah aku akan melindungi mu." Gumam jimin sedari tadi.

Drrtt..drrtt..

Jimin merasakan getaran pada ponselnya,langsung saja ia merogohnya pada saku celananya.

(Unknownber)
Woahh..apa dia sebegitu berharganya?

-jimin-

Jangan sentuh dia!

(Unknown number)
Kalau begitu tinggalkan dia!

Jimin terdiam.

Haruskah?
Haruskah ia melepaskan Yerin untuk keselamatannya? Namun bagaimana dengan perasaannya? Hatinya?

Jimin tak bisa mengelak lagi bahwa Yerin benar-benar sudah membawa separuh hatinya. Namun bagaimana dengan Yerin? Haruskah ia merasakan akibat yang bahkan ia tak tau sebabnya? Haruskah Jimin mementingkan egonya untuk memiliki Yerin?

Tiba-tiba pening kembali menghantam kepalanya. Namun ia tetap mengarahkan kakinya untuk terus berjalan mencari Yerin.

Tiba-tiba saja terbesit satu tempat yang belum ia jelajahi.

Balkon!

Jimin sedikit berlari menuju balkon dengan sempoyongan akibat pening di kepalanya dan juga kesadarannya yang mulai menipis.

Jimin menghembuskan nafas kelewat lega saat netranya menangkap sosok Yerin yang tengah berdiri membelakanginya.

Jimin sempat menghentikan langkahnya ketika semua kata-kata itu kembali memenuhi otaknya. Namun beberapa detik kemudian Jimin melangkahkan kakinya dengan santai kearah Yerin.

Yerin merasakan lengan kekar melingkar pada perut ratanya. Ia sedikit terjingkat namun ia tau siapa pelakunya. Park Jimin. Yerin langsung tau setelah aroma parfum Jimin menyeruak pada Indra penciuman nya.

Namun Yerin sedikit memicingkan matanya saat ada aroma lain yang mampir. Alkohol.

Jimin mencium punggung Yerin kemudian naik ke bahu Yerin yang sedikit terekspos. Bohong jika tubuh Yerin tidak meremang oleh ulah Jimin.

"..Jimin" panggil Yerin. Jimin hanya berdehem menjawab Yerin kemudian meletakkan dagunya pada pundak kanan Yerin.

"Acaranya membosankan ya?" Tanya Jimin.

Yerin menggeleng.

"Aku hanya ingin cari udara segar." Jawabnya.

"Maaf meninggalkanmu terlalu lama.." ucap Jimin dengan suara seraknya.

"Gwenchana.." jawab Yerin.

"...mianhe.."

Keduanya sama-sama terdiam.

"Yerin.." panggil Jimin.

"Nne?" Namun tak ada jawaban lagi dari Jimin. Yerin memutar tubuhnya hingga kini menghadap Jimin.

"Wae-"

Cup~

Belum sempat Yerin menyelesaikan kata-katanya namun Jimin sudah membungkam mulut Yerin dengan bibir tebalnya.

HURT [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang