Vote before reading ❤
Vote sebelum baca, okay?Enjoy~
Aku langsung pindah ke apartemen Jeonghan. Besar. Besar banget. Aku jadi penasaran, siapa orang sabar yang rela bersihin apartemennya setiap seminggu sekali. Ini besar banget.
Saat aku masuk, ada ruang keluarga. Tema apartemennya hitam putih dan abu-abu. Di sebelah kiri ada dapur dan meja makan. Dapurnya penuh barang-barang yang lengkap dan bahan-bahan instan yang banyak. Aku jadi tau kebiasaan hidupnya yang gak sehat. Dia itu gak bisa masak, dia bilang padaku tadi.
Aku melihat kamar tidur Jeonghan yang otomatis jadi kamar tidurku. Untungnya aku juga bukan orang yang feminim, jadi aku setuju saja dengan tema warna apartemen yang cenderung gelap.
Aku jadi benar-benar tau Jeonghan sekaya apa. Dia bahkan lebih kaya dari yang kubayangkan. Jadi sebenarnya wajar kalau dia sombong, toh dia benar kaya. Cuma, semua orang kan gak suka orang yang sombong. Iya, kan?
"Kalau lo gak suka warnanya kita bisa ganti semua furniturenya."
Aku langsung menggeleng. "Gak usah, ngabisin duit."
Dia hanya mengangguk dan melepas jam tangan yang dia taruh di mejanya sembarangan. "Lo bilang ada yang beresin apartemen lo seminggu sekali, kan?"
Aku berjalan ke arah jam yang tadi dia taruh sembarangan dan mengambilnya. "Mulai sekarang berhentiin orang itu, biar gue yang ngurus apartemen," aku menaruhnya di laci yang dia punya khusus aksesoris jam dan cincin.
"Dan lo, gak boleh berantakin apapun. Hargain gue yang bersihin, oke?"
"Hm. Terserah lo."
"Dan makanan di dapur gue ganti. Lo gak boleh makan makanan instan terus nanti cepet mati."
"Gue mati lo yang janda ini."
Dia melepas baju dan celananya di depanku. Catat, di depanku!
Untung dia pakai celana pendek di dalamnya. "Gue mau mandi."
• • •
Aku memperhatikan Jeonghan yang makan jjajjangmyeon buatanku dengan lahap. "Enak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HABIT || Yoon Jeonghan ✔
Fanfiction"Terkadang yang membuat aku tersiksa bukan karena nikah sama kamu, tapi tentang sesuatu yang kita jadikan alasan untuk menikah. Karena hari demi hari membuat aku terbiasa sama kamu. Dan apabila kebiasaanku hilang, separuh hidupku juga hilang. Jadi...