Vote before reading ❤
Vote sebelum baca, okay?Enjoy~
Sial, kakiku jadi susah digerakin.
Semalam Jeonghan menyerangku. Tanpa dugaan, dia membawaku ke penginapan di daerah Samcheong-dong, awalnya aku bingung karena dia bilang dia cuma hanya libur satu hari. Tapi taunya dia malah mengajakku menginap disini.
Dia masih bertelanjang dada di sebelahku dan tidur dengan memeluk pinggangku. Posisiku menghadap dia, jadi aku bisa lihat wajahnya yang tenang dan damai. Wajah dia ini misterius. Ekspresinya banyak banget. Terkadang dia bisa terlihat lelah seakan seluruh beban dunia ada di kedua bahunya. Terkadang dia bisa tertawa lepas dan tersenyum jahil (misalnya saat dia mengunciku di dalam kamar mandi selama 10 menit selepas aku selesai mandi, selesainya aku langsung pukul dia sampai biru). Terkadang dia bisa terlihat serius dan marah besar (misalnya lagi, pas dia tahu aku diantar Minghao setelah pulang dari tempat kerja.)
"Gue ganteng, ya?"
Sial. Ternyata dia udah bangun. "Jelek." aku langsung buru-buru mau bangkit buat mandi karena malu udah ketahuan mandangin wajah dia. Tapi sebelum berhasil bangkit dia malah menarikku ke pelukannya lagi. "Sini dulu."
Aku menurut dan membalas pelukannya. Dadanya hangat. Omong-omong, kami gak pakai apa-apa. Jadi aku khawatir adiknya bangun. "Kapan kita pulang?"
"Nanti malam."
"Kerjaan lo gimana?"
"Gunanya sekretaris apa?"
"Tapi-"
"Neul, gue jarang liburan begini. Jangan bahas pekerjaan dulu, dong."
"Iya maaf." aku berhenti ngomong dan menelusupkan kepala ke dada bidangnya. Dia terkekeh pelan. "Ngapain minta maaf sih? Aneh."
Setelah 15 menit begitu, aku bangkit duluan karena mendengar perut Jeonghan bergemuruh. Di tempat penginapan ini gak ada makanan apapun. Jadi kami mau keluar sekalian jalan-jalan sebelum pulang ke apartemen. Walaupun sama-sama di Seoul, apartemen kami lumayan jauh.
Pantas aja Jeonghan ajak belanja kemarin. Dia suruh aku buat pakai bajunya hari ini. Lelaki penuh rencana, dasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HABIT || Yoon Jeonghan ✔
Fanfic"Terkadang yang membuat aku tersiksa bukan karena nikah sama kamu, tapi tentang sesuatu yang kita jadikan alasan untuk menikah. Karena hari demi hari membuat aku terbiasa sama kamu. Dan apabila kebiasaanku hilang, separuh hidupku juga hilang. Jadi...