Vote before reading ❤
Vote sebelum baca, okay?Enjoy~
Haneul
Aku menoleh ke arah pintu yang dibuka seseorang dan aku kaget setengah mati.
Choi Seungcheol.
"Hai, sweety.." sial, aku masih muak mendengar suara dan melihat wajahnya.
Kenapa aku familiar dengan pakaiannya? "Enak gak digendong gue?"
Oh astaga.. Dia yang membiusku di lorong, dia yang menggendongku ke mobil dan membantingku ke kursi penumpang. Dia Si Brengsek itu.
Brengsek yang pernah mengambil keperawananku saat SMA dulu. Dia yang membuat aku trauma akan berhubungan seksual. Dia yang-
Intinya aku benci dia.
"Kenapa lo bisa ada disini?" tanyaku dengan nada sinis dan tatapan tajam padanya.
Dia terkekeh pelan. Sumpah, kalau dia gak brengsek, senyuman dia gak kalah indah dengan milik Jeonghan. "Gue yang nyulik lo, jadi gue bisa aja ada disini, kan? Where is your brain, honey?"
Sialan. Dikira aku bego, apa?!
"Kenapa lo bisa balik lagi ke hidup gue, hah?! Masih mau ngehancurin gue lagi? Masih mau nyakitin gue lagi?!"
Perlahan dia mendekat dengan senyuman sinisnya. Dia membungkuk, mensejajarkan wajahnya tepat di depanku dan menarik rambutku ke belakang. "Gak usah sok. Lo bisa mati kapan aja disini. Bagus gak gue jebolin kayak dulu- eh? Malahan lo udah brojolin anak, ya? Jadi udah jebol banget, dong? Yaudah, gue bikinin adek buat anak lo itu aja, gimana?"
"Gak usah sentuh gue!" teriakku padanya.
Dia langsung melepaskan tarikannya pada rambutku dan menamparku keras. "GUE BILANG GAK USAH SOK, BANGSAT!"
Tangan dia kekar, dan tamparan Kyulkyung tadi gak ada bandingnya dibanding tamparan Seungcheol. Malah aku bisa merasakan ujung bibirku berdarah.
"Disini gak cuma gue yang mau menghancurkan lo dan Jeonghan. Jadi bersikap baiklah sama gue. Gue masih sayang sama lo, jadi gue gak akan bunuh lo. Ngerti?" dia menunjuk wajahku dan langsung keluar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HABIT || Yoon Jeonghan ✔
Fanfiction"Terkadang yang membuat aku tersiksa bukan karena nikah sama kamu, tapi tentang sesuatu yang kita jadikan alasan untuk menikah. Karena hari demi hari membuat aku terbiasa sama kamu. Dan apabila kebiasaanku hilang, separuh hidupku juga hilang. Jadi...