Sore itu setidaknya Ully pulang dengan tenang karena siangnya Ogie sudah sadar. Ully ingin menjenguknya, tapi dia tidak berani. Setelah apa yang terjadi semalam, Ully masih merasa takut, sampai-sampai dia tidak berani menemui Ogie. Bahkan Ully sulit untuk tidur. Setiap kali dia memejamkan mata, ingatan peristiwa itu lagi-lagi melintas di pikirannya. Semalaman Ully stres karena tidak bisa tidur. Bagaimana tidak? Hari sudah berganti, sekolah akan dimulai beberapa jam lagi, tapi dia belum juga tidur. Kalau dia tidak tidur, di sekolah pasti ketiduran.
“Aaahh…aku tidak maauuu.” pikirnya
Tapi kalau memejamkan mata, dia malah melihat peristiwa itu lagi. Benar-benar menakutkan.
“Aaaarrggghhh!!!” Ully pusing dibuatnya. Tidur tidak bisa, tidak tidur malah salah.
Rasanya tidak mungkin kalau harus ijin tidak masuk sekolah, mau beralasan apa dia? Orangtuanya pasti akan bertanya-tanya. Tidak mungkin kan dia cerita yang sebenarnya, nanti keluarganya bisa ribut.
“Kehilangan HP saja jadi dilarang punya HP, apalagi kalau mereka tahu peristiwa itu. Bisa-bisa aku dipingit!”
Dalam keputusasaannya tidak bisa tidur itu, Ully kembali mengingat pembicaraan dengan Lina tadi sore.
“Pelakunya sudah tertangkap. Ternyata mereka itu teman SMP-nya Ogie. Sampai sekarang polisi masih terus memeriksa mereka. Kamu tenang saja, keluarganya Ogie akan berusaha untuk tidak melibatkan kamu dalam masalah ini.”
“Uhm. Jadi, pelakunya sudah tertangkap semua dan sekarang mereka ada di kantor polisi?”
“Yup! Aku yakin mereka berlima akan berada berakhir di penjara. Huh! Rasakan itu.”
“Ooh…Tunggu dulu…Berlima? Katamu semua sudah tertangkap? Berarti masih ada yang buron?”
“Eng…gak tuh. Nggak ada yang buron. Kenapa?”
“Bukannya ada enam orang ya?”
“Oh, ya? Masa sih?”
“Iya, semalam kan…” kata-kata Ully terhenti, tiba-tiba sesuatu terlintas dalam pikirannya, sesuatu yang membuatnya berpikir kalau ada yang tidak beres.
“Ly? Ully? Kenapa? Semalam kenapa?”
“Ah, nggak apa-apa. Mungkin cuma perasaanku aja…” Ully memilih untuk tidak mengatakannya pada Lina, “Apa mungkin karena mereka teman SMP-nya, lantas Ogie tidak jujur mengenai orang itu?”
* * *
Jam 13.30 tepat Ully sampai di rumah sakit. Hari itu pulang sekolah dia memutuskan untuk menjenguk Ogie di rumah sakit. Setelah keluar dari parkiran dia langsung berlari menuju kamar tempat Ogie dirawat. Tapi tiba-tiba ada yang menarik tangannya dari belakang. Ully terkejut ketika melihat yang menariknya tak lain adalah Isa.
“Ah, Isa…”
“Sudah, ikut aja. Ada yang perlu kamu jelasin!” kata Isa dengan wajah serius. Kapan Isa pernah menunjukkan ekspresi seperti ini? Sepertinya Ully belum pernah melihatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Kamu...Titik!
Teen FictionUlly, cewek yang baru masuk SMA, bertemu dengan cowok yang sama sekali tidak dia perhitungkan sebelumnya, karena dia sudah punya perasaan lebih dulu pada teman dekatnya sejak SMP. Siapakah yang akhirnya akan Ully pilih? Dan bisakah dia memilihnya? A...