1606

1K 5 0
                                    

Punya HP pribadi jelas merupakan suatu keuntungan besar bagi Ully, dia jadi bisa terus kontak-kontakan dengan Ogie meski tak ada orang lain yang mengetahui aksi mereka ini. Apalagi dengan keadaan akhir-akhir ini yang sudah tidak ada kejadian aneh lagi. Tidak ada kiriman foto yang menyebalkan, tidak ada teror, tidak ada aksi sembunyi-sembunyi dari penguntit, hidupnya aman dan nyaman untuk saat ini. Kira-kira kenapa ya si pelaku menghentikan aksinya? Ah, bodo amat. Makin pusing kalau dipikirkan terus-menerus.

Karena keadaan yang sepertinya sudah aman, akhir-akhir ini Ully tak perlu lagi diantar-jemput oleh Gina. Sementara itu -tanpa sepengetahuan orang lain- Ully dan Ogie sering bertemu diam-diam…bukan di tempat ramai pastinya. Hihihi. Hari ini, untuk kesekalian kalinya mereka bertemu lagi. Ogie sengaja mengajak Ully pergi ke kedai ‘Coklat’, kedai yang pernah dilihat Ully di video ulang tahunnya waktu itu.

Matahari sudah hampir tenggelam, pertanda hari sudah sore. Ully sudah ada di rumah saat tiba-tiba menerima sms dari Ogie yang mengajaknya keluar. Ully yang sudah jelas menyukai Ogie mau-mau saja diajak keluar. Seperti biasa, mereka berangkat sendiri-sendiri dan nanti juga pulang sendiri-sendiri. Aneh? Iya, memang. Tapi Ogie bilang ini demi keamanan Ully sendiri. Maksudnya? Meski Ully sudah tidak diteror namun biang keladi itu belum menunjukkan dirinya, jadi mungkin saat ini dia sedang mengawasi gerak-gerik Ully di suatu tempat. Dan itu berarti kesalahan sedikit saja akan mengancam keselamatan Ully lagi.

Saat itu ketika Ully sampai di sana, Ogie sudah menunggunya. Dia duduk sendiri di kursi di sisi kiri ruangan, dengan sebuah kursi kosong di hadapannya. Ini sudah yang kedua kalinya Ully ke sini, yang sebelumnya dia datang bersama teman-temannya saat perayaan ulang tahun salah satu temannya itu. Suasana ruangan itu masih tetap sama seperti yang kemarin…hangat dan berbau coklat. Tapi kali ini terasa lebih istimewa karena ada dia, dia yang sedang duduk sambil tersenyum ke arah Ully. Seakan merasa disambut, Ully juga membalas senyumannya. Keduanya menunjukkan raut wajah yang berseri-seri.

Ully melangkah riang ke arah kursi di hadapan Ogie itu. Dia tak menyapa Ogie sedikitpun, begitu juga sebaliknya. Akan tetapi sepertinya Ogie tahu kalau perasaannya berbalas, jadi mereka tak perlu banyak basa-basi. Ya, sepertinya Ogie sudah mengetahui kalau Ully menyukainya. “Aku tahu saat-saat seperti ini pasti akan datang.” pikirnya.

“Udah lama di sini?” tanya Ully ragu-ragu. Yeeahh, ragu-ragu apa malu-malu ya itu?

“Belum kok, baru aja.” jawabnya sambil menyodorkan buku menu. “Pesan dulu, gih. Kamu mau apa?”

Ully melihat-lihat menu dan matanya langsung memandang pada sebuah gambar pancake dengan taburan biskuit oreo dengan toping saus coklat dan es krim vanila. Itu adalah menu yang dia inginkan saat pertama kali datang ke sini, namun waktu itu tak dapat dia pesan karena sudah terlanjur memesan menu lain. Dan sekarang, dengan berat hati dia harus merelakan menu itu melayang dari hadapannya lagi karena harganya yang agak sulit untuk dia beli. Bukannya uang Ully tak cukup untuk membelinya, namun dia tak bisa sembarangan mengeluarkan uang belasan ribu begitu saja karena kebutuhan yang lain masih banyak yang lebih penting. Maaf saja, prioritas adalah prioritas.

“Hmm…”

Baru saja Ully mau membuka mulutnya, Ogie sudah bicara duluan. “Pesan aja apa yang kamu suka.” katanya sambil melihat ke arah Ully dengan pandangan yang seakan berkata ‘aku yang traktir’. Mungkin dia tahu kalau Ully orang yang pelit…dia terlalu perhitungan. Haha. Atau mungkin itu memang perlakuan yang ingin dia berikan pada Ully.

Cuma Kamu...Titik!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang