Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ‘teror’ adalah usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman, oleh seseorang atau golongan. Sedangkan ‘terorisme’ berarti penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan.
* * *
“Buset, Gie! Masa ada yang bikin rumor tentang kamu?” Lina langsung nyerocos, begitu sampai di rumah. “Emang kamu punya musuh ya, kok sampe segitunya isunya?”
“Isu apa, sih?” tanya Ogie yang sudah ada di depan televisi.
“Katanya pergaulanmu nggak bener, terlalu bebas sejak SMP.”
“Tahu dari siapa kamu?”
“Ully.”
Ogie berusaha untuk tidak terlihat terganggu dengan jawaban Lina, dia hanya melirik saja. “Akhirnya dia mendengar berita itu juga.” Akhirnya ketakutan Ogie selama ini menjadi kenyataan. “Terus, dia cerita apa lagi?”
“Cuma gitu doang sih.”
“Dia nggak cerita lebih detail?”
Lina menggeleng, “Dia juga sempat nanyain masalah tunangan kamu beberapa tahun yang lalu.”
Ogie buru-buru membalas, “Kamu cerita ke dia?!”
Uuppss…Lina keceplosan…”Eng…enggak kok. Bukan aku yang cerita ke dia…sumpah! Dia tahu sendiri. Kalau kamu nggak percaya, tanya aja ke dia!”
Ogie menyipitkan matanya ke arah Lina, “Jadi kamu cerita apa aja ke dia?”
“Aku cuma jawab pertanyaannya aja, kok. Dia tanya nama mantan tunanganmu, tapi aku lupa siapa namanya…” jawabnya gugup.
Suasana hati Ogie sudah berubah drastis. Segera diraihnya remote TV dan buru-buru dia masuk kamarnya untuk menenangkan diri. Tapi ternyata itu sama sekali tak membantu. Dia berbaring di tempat tidur dan mencoba untuk menutup matanya, namun dia malah menjadi semakin sebal. “Kenapa sih, harus masalah itu?”
Ogie tak tahu bagaimana penilaian Ully sekarang terhadap dirinya. “Dari semua macam cewek di dunia ini, kenapa aku harus bertemu dengannya?! Menyebalkan!” Ogie tak dapat menahan emosinya lagi, semakin lama dia semakin kesal. Akhirnya dia memilih untuk keluar. Dia sendiri tak tahu mau ke mana, yang penting cari udara segar.
Sekitar 30 menit kemudian dia habiskan hanya untuk berputar-putar dengan motornya, asal saja motornya dibelokkan. Sepanjang perjalanan dia berharap supaya beban pikiran yang muncul lagi itu segera hilang terbawa angin, namun yang terasa justru rasa sesak di dalam dada. Berkendara dengan sepeda motor tanpa tujuan seperti ini justru membuatnya merasa semakin menyedihkan, “Yeah…Ogie, how pitiful you are…”
Setelah dirasa cukup membuang-buang waktu, dia berpikir untuk melampiaskan dengan menonton film, film action atau film horror tentunya. Dan dari sekian banyak tempat hiburan dia memilih untuk berakhir di bioskop yang waktu itu pernah dia singgahi bersama Ully. Padahal dia bisa saja meminjam film di rental atau pergi ke bioskop lain, tapi rasanya ada yang mendorongnya untuk pergi ke sana, “What the hell!” serunya dalam hati tak berdaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Kamu...Titik!
Teen FictionUlly, cewek yang baru masuk SMA, bertemu dengan cowok yang sama sekali tidak dia perhitungkan sebelumnya, karena dia sudah punya perasaan lebih dulu pada teman dekatnya sejak SMP. Siapakah yang akhirnya akan Ully pilih? Dan bisakah dia memilihnya? A...