“Brrrr…dingin banget ya malam ini? Duh bikin tambah ngantuk aja, padahal tugasku kan belum kelar. Hooaammm…siapa sih nih yang nemuin Hukum Newton? Kok pertanyaannya susah banget dijawab. Huh…”
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11.10 malam, tapi Ully masih berkutat dengan PR Fisika di meja belajarnya. Sesekali dia menguap, pandangannya berat, kantung matanya sudah nampak. Tapi meski demikian dia masih berusaha untuk memaksa otaknya bekerja di tengah dinginnya malam.
“Kalau bukan karena besok jam pelajaran pertama Fisika dan nilai tugas ini jadi nilai ulangan harian, mending aku tidur aja sekarang.” Hari-harinya di sekolah setelah mid semester memang dipenuhi dengan berbagai tugas ini dan itu, hampir setiap hari guru-guru memberi tugas, rasanya seperti striping syuting sinetron saja.
Ully sudah tak tahan, akhirnya dia menyerah. Perlahan matanya tertutup dan kepalanya menunduk. Suasana malam yang hening semakin mendukung Ully untuk tidur nyenyak. Setidaknya itulah yang kita kira sebelum telepon rumahnya berbunyi dengan nyaring, cukup nyaring untuk menyadarkan Ully dari tidur singkatnya. Ketika dia membuka matanya, sayup-sayup terdengar suara Ayah di luar kamarnya.
“Belakangan kok banyak orang iseng ya? Ganggu orang istirahat aja.”
Karena penasaran, Ully berjalan ke luar kamar dengan mata yang belum sepenuhnya bisa terbuka lebar dan rambut yang kusut, kemudian bertanya pada Ayah, “Kenapa, Yah?”
“Biasa, telepon iseng.” Memang kata orang tuanya, di rumahnya sering mendapat telepon iseng akhir-akhir ini. “Atau jangan-jangan telepon rumah kita yang rusak, ya? Perasaan kemarin-kemarin nggak pernah ada telepon aneh kayak gitu, tuh.”
Karena bukan sesuatu yang penting, Ully kembali masuk kamarnya. Dia berusaha untuk tidur lagi, kini di tempat tidurnya. Tapi matanya sudah susah menutup.
“Tadi susah melek, sekarang susah tidur. Gimana, sih?”
Sebal rasanya, ini gara-gara telepon sinting itu. Siapa coba yang nelepon malam-malam begini? Benar-benar nggak tahu aturan.
Mau tak mau, daripada membuang waktu untuk bengong, akhirnya Ully memilih untuk melanjutkan mengerjakan tugasnya saja. Yaahh…nasib, nasib.
“Hai Newton, we meet again…”
* * *
“Mbak! Mie rebus 1, pake telur ya!” seru Ully pada mbak-mbak kantin di sekolahnya.
Sekarang masih istirahat pertama, tapi perutnya sudah tak sabar menerima makanan. Ini karena tadi Ully bangun kesiangan jadi tidak sempat sarapan, terlebih lagi 3 jam pelajaran pertama hari itu sangat menguras pikirannya.
“Minumnya apa, mbak?”
“Biasa…hehe…teh botol.”
Semangkuk mie rebus + telur dan sebotol teh manis adalah menu favorit Ully di kantin ini. Meski dia bisa membuat sendiri di rumah, entah kenapa mie rebus di sini rasanya lebih spesial, padahal mie instan yang dia gunakan merknya sama. Pernah suatu ketika Ully masuk ke dapur kantin dan melihat mie instan apa yang digunakan, setelah itu dia membuat sendiri di rumah, tapi rasanya tak seenak buatan kantin. Kenapa, ya? Nggak mungkin kan, Ully gagal? Cuma mie instan aja kok gagal. Payah. Meski begitu sebenarnya dia tahu kalau terlalu banyak mengkonsumsi mie instan itu tidak baik untuk kesehatan…ckckck. Jadi sekarang dia sedang berusaha untuk mengurangi porsi mie instan yang dia makan.
“Wooii!!” kedatangan Lina mengejutkan Ully yang duduk sendirian dari tadi. “Aku cariin…kirain ke mana, ternyata udah ngacir aja ke sini.”
“Habisnya aku udah laper banget, Lin. Udah nggak tahan. Hehe.”
Lina segera bergabung dengan Ully dan memesan sepiring nasi goreng spesial untuk jadi menu sarapannya, ternyata Lina juga belum sempat sarapan sama seperti Ully. Ah, teman senasib seperjuangan rupanya. Haha.
![](https://img.wattpad.com/cover/1523958-288-k503252.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Kamu...Titik!
Teen FictionUlly, cewek yang baru masuk SMA, bertemu dengan cowok yang sama sekali tidak dia perhitungkan sebelumnya, karena dia sudah punya perasaan lebih dulu pada teman dekatnya sejak SMP. Siapakah yang akhirnya akan Ully pilih? Dan bisakah dia memilihnya? A...