Look, if you had, one shot, one opportunity
To seize everything you ever wanted
Would you capture it, or just let it slip?
You only get one shot, do not miss your chance to blow
This opportunity comes once in a lifetime
[Eminem - Lose Yourself]
Orang sering bilang “Kesempatan tidak datang 2 kali.” Well, i don’t believe that, aku tak pernah mempercayainya. Bagiku kesempatan tidak hanya datang secara kebetulan, kesempatan bisa ‘diciptakan’. Tapi dalam kondisi macam ini harus kuakui kalau aku sependapat dengan kalimat “…this opportunity comes, once in a lifetime.”
***
Masih teringat jelas kebodohan macam apa yang dia lakukan kemarin, sepertinya Ully sudah terjangkit penyakit ‘bodoh’ gara-gara beberapa hari yang lalu secara tak sengaja bertemu lagi dengan Ogie. Bagaikan berada dalam mesin waktu, dia seperti dibawa kembali ke masa lalu…masa lalu yang berbeda.
Bodoh, bodoh, bodoh! Itulah kata-kata yang terdengar dalam kepalanya. Demi apa dia mengambil keputusan sesembrono itu? Demi Ogie? Ah, cuma mimpi di siang bolong! “Aku pasti sudah gila sampai-sampai membatalkan kepulanganku cuma gara-gara keinget sama dia.”
Ully meraih HP dan headsetnya lalu mencari frekuensi yang tepat untuk bisa mendengarkan radio. Pencariannya berakhir ketika didengarnya suara musik yang mengalun jelas di telinganya. Dia kenal dengan lagu itu, lagu lawas itu adalah milik Eminem, judulnya “Lose Yourself”. Dia memang tak tahu betul apa arti lirik lagu tersebut, namun intinya tentang bagaimana dia -si penyanyi- bercerita tentang sebuah kesempatan yang menghampirinya. Kesempatan yang dia bicarakan itu terlalu bagus untuk dilewatkan, mungkin tidak akan datang lagi lain waktu, sampai-sampai kesempatan itu diibaratkan sebagai sebuah tembakan (one shot). Seolah dia hanya punya 1 peluru untuk ditembakkan, kesempatan itu harus ‘ditembak’ dengan sebaik-baiknya. Kalau bisa menggunakannya dengan baik, dia akan mendapatkan apa yang dia mau; tapi kalau salah memanfaatkan kesempatan itu…tak akan ada yang tersisa untuknya.
Dan tak tahu kenapa, tiba-tiba pikirannya mencari-cari hubungan lagu tersebut dengan situasi yang sedang dia rasakan sekarang. Mungkinkah itu pertanda? Pertanda kalau dia harus menangkap kesempatan yang sudah ada di depan matanya? “Ngaco ah!” sebagian dirinya menyangkal. Sama sekali tidak masuk akal memikirkan kemungkinan seperti itu, itu bahkan bukan suatu kemungkinan. Itu hanya ilusi yang dibuat oleh dirinya sendiri supaya terasa benar-benar nyata. “Ah, sial! Susah banget sih mau hidup tenang!” dia menggerutu tak karuan di atas kasurnya.
Hari ini Ully bangun lebih pagi dari biasanya, jam 5. Mungkin itulah alasannya kenapa dia gampang uring-uringan pagi ini: kurang tidur! Ah, tapi semalam Ully tidur jam 8, rasanya tidak kurang deh, malah kelebihan itu. Oke, jadi kemungkinan dia sensi karena tidur terlalu lama. Titik.
Ully memutuskan untuk jalan-jalan, semakin lama berbaring di atas tempat tidur rasanya membuat kakinya lemas. Mungkin nanti dia bisa benar-benar lumpuh kalau kurang gerak. Cha!
Ully keluar hanya dengan mengenakan sandal jepit dan kaos lecek yang dipakainya sedari kemarin sore. Dia tidak menggunakan sepatu kets, selain karena dia tak berniat untuk jogging juga karena dia tak membawanya ke sini. Ully melewati eyang putrinya yang sedang memotong daun pisang di pekarangan rumah, entah akan digunakan untuk apa.
“Mbah! Ully pergi dulu, ya! Mau jalan-jalan!” teriak Ully supaya eyangnya yang ada di sebelah sana mendengarnya. Ckck…entah ‘tidak sopan’ atau ‘praktis’ ini namanya.
Eyangnya hanya menjawab singkat dan kembali meneruskan kegiatannya. Ully melangkah santai menyusuri jalanan yang masih setengah gelap, tidak gelap sih, hanya belum sepenuhnya terang. Digerak-gerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan, lalu ke atas dan ke bawah beberapa kali. Tak ketinggalan kepalanya juga digerak-gerakkan memutar, ke kiri dan kanan. Ully benar-benar menggunakan kesempatan itu untuk stretching.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Kamu...Titik!
Novela JuvenilUlly, cewek yang baru masuk SMA, bertemu dengan cowok yang sama sekali tidak dia perhitungkan sebelumnya, karena dia sudah punya perasaan lebih dulu pada teman dekatnya sejak SMP. Siapakah yang akhirnya akan Ully pilih? Dan bisakah dia memilihnya? A...