Ambang Kematian

407 23 7
                                    

Sesampainya di rumah sakit, Kirana segera turun dari mobil dan meminta pertolongan kepada perawat-perawat yang ada di rumah sakit.

Tak lama setelah itu, Deni juga sudah sampai di rumah sakit.

Dengan sigap, perawat-perawat itu membawa sebuah brankar dari dalam rumah sakit. Lalu, mereka berlari sambil mendorong brankar itu menuju ke mobil Kirana. Saat mereka membuka pintu mobil, tampak lah Karina yang tengah menangis sembari menutupi bagian kepala Dina yang bersimbah darah dengan tangannya.

Lalu, salah satu perawat menyuruh Karina untuk turun dari mobil. Karina segera turun dari mobil lalu terjatuh lemas dan pingsan. Perawat lain langsung membawa Karina masuk ke dalam rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Di sisi lain, dua perawat masuk ke dalam mobil. Dengan perlahan, mereka membopong Dina keluar dari mobil. Lalu, Dina dibaringkan di atas brankar dan langsung dibawa masuk ke dalam rumah sakit. Kirana dan Deni mengikuti dari belakang dengan penuh kecemasan.

Dina dibawa masuk ke IGD dan mendapat penanganan dari dokter. Kirana dan Deni menunggu dari luar IGD dengan perasaan tidak tenang.

Setelah dilakukan beberapa pemeriksaan, ternyata keadaan Dina cukup kritis. Beberapa tulangnya baik kaki dan tangan ada yang retak dan patah. Selain itu, luka di kepala Dina juga cukup parah, sehingga harus dilakukan operasi.

Lalu, dokter segera menyuruh perawat-perawat untuk membawa Dina ke ruang operasi. Saat melihat Dina dibawa keluar dari IGD, Kirana menghentikan salah satu perawat yang ikut membawa Dina keluar dari IGD itu.

"Dina mau dibawa kemana?" tanyanya dengan penuh kekhawatiran.

"Pasien ini akan dibawa ke ruang operasi dan harus segera dioperasi karena adanya cedera di kepala, tangan, dan di kaki." jawabnya, lalu kembali berlari menyusul perawat-perawat lain yang tengah mendorong ranjang Dina menuju ruang operasi.

Kirana terkejut dan terduduk lemas di kursi. Deni segera memeluk Kirana dan menenangkannya. Dan saat itulah, Kirana mulai meluapkan kesedihannya dengan menangis. Ia terus menangis dan menangis.

Deni pun sebenarnya juga syok, sedih dan tak menyangka jika Dina akan separah ini. Ia sangat ingin memberi pelajaran kepada Reni. Namun, waktunya belum tepat.

Ia harus menjaga ketiga wanita yang sangat ia sayangi terlebih dahulu. Deni juga harus kuat karena jika dirinya ikut tumbang seperti Karina dan Kirana, maka tak akan ada yang bisa menjaga Dina.

Setelah beberapa menit, Kirana berhenti menangis. Itu cukup membuat Kirana lega walaupun sedikit. Deni membantu mengusap air mata yang mengalir di pipi ibunya itu. Dan setelah itu, mereka berdua pergi menuju ke ruang operasi.

Sesampainya di depan pintu masuk ruang operasi, ternyata operasi sedang berlangsung. Deni dan Kirana hanya duduk menunggu di tempat duduk yang ada di depan ruang operasi. Deni duduk sambil menggigit kukunya karena khawatir.

Lalu, tiba-tiba Karina datang dengan wajah yang sedikit pucat dan baju yang bersimbah darah.

Karina berjalan dengan langkah terhuyung-huyung seperti hendak jatuh. Deni pun menghampiri Karina, lalu merangkul pinggangnya dan membantunya berjalan dengan benar.

Deni langsung mendudukkan Karina di sebelah Kirana.

"Kak, kenapa kamu kesini? Sepertinya kamu masih lemas." tanya Kirana sambil memandang khawatir kakak satu-satunya itu.

"Gimana keadaan Dina? Apa yang terjadi? Dia terluka parah?" Karina mulai meneteskan air matanya kembali. Ia tak sanggup untuk menutupi kesedihannya saat ini.

Lalu, Kirana memeluk Karina dengan erat. "Yang tenang kak. Dina akan baik-baik saja." jawabnya agar Karina merasa lebih tenang.

Deni segera pergi meninggalkan Kirana dan Karina karena dirinya sudah tak tahan melihat dua orang yang ia sayangi sedang bersedih. Mungkin dirinya juga akan ikut menangis jika terus-menerus di dekat mereka.

SEPUPU TAPI MENIKAH ||Baekhyun Z.Hera||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang