Satu bulan kemudian....
Dina tengah menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Ini adalah hari pertamanya setelah satu bulan lebih tidak masuk sekolah. Ia sangat semangat dan antusias untuk hari pertamanya ini. Ia begitu merindukan masa-masa di sekolah. Bercanda bersama teman-teman sekelas, makan nasi goreng bersama Deni di kantin milik Bu Ani, berdebat dengan teman-teman, dan lain-lain.
Selama ini, Dina benar-benar dirawat dengan baik oleh Deni, Karina, maupun Kirana. Setiap hari, Deni selalu membantu Dina ketika makan maupun minum. Bahkan, terkadang ia juga yang memasak sendiri makanan untuk Dina. Pria berparas tampan itu juga rutin mengajarkan materi yang ia dapatkan dari sekolah kepada Dina agar sepupunya itu tak ketinggalan pelajaran. Terkadang ia juga emosi ketika Dina tak paham dengan materi yang ia sampaikan. Tapi, ia selalu berusaha menjelaskan lagi dan lagi kepada Dina hingga gadis itu benar-benar paham. Hingga, suatu pemikiran kecil muncul di otaknya -----Emang susah ya jadi guru-----.
Karina dan Kirana juga selalu meluangkan waktu disela-sela mereka sibuk bekerja di toko kue yang mereka jalankan bersama. Karina dan Kirana bergantian merawat Dina. Misalnya, saat di waktu pagi hingga siang hari, Karina yang menjaga toko sehingga Kirana yang haru menjaga Dina di rumah. Sedangkan waktu sore hingga matahari terbenam, Kirana yang menjaga toko sehingga Karina yang harus menjaga Dina di rumah.
Selain itu, hampir setiap hari sepulang sekolah, Riko, Rehan, dan teman-teman sekelas Dina selalu menjenguknya walaupun sebentar. Terkadang, disaat hari libur pun mereka juga datang. Makanan dan minuman sehat selalu mereka bawa sebagai bentuk dukungan agar Dina cepat sembuh. Mereka tak lupa memberikan semangat kepada Dina agar Dina tak terus mengeluh terhadap nasib malangnya itu. Itu cukup menghibur Dina hingga ia tak lagi bersedih dengan keadaannya. Ia semakin bersemangat untuk cepat sembuh dengan selalu rutin minum obat-obatnya dan makan makanan yang sehat.
Dina mengalami masa-masa sulit selama satu bulan terakhir ini. Rasa sakit terus ia rasakan ketika perban-perban yang menutupi lukanya itu dilepas dan diganti yang baru. Terlebih lagi ketika ditetesi obat merah. Membuat Dina meringis kesakitan hingga tak jarang membuatnya sampai menangis.
Namun, luka yang ada di tubuh Dina sekarang sudah mengering dan hanya meninggalkan beberapa bekasnya. Kepalanya juga sudah kembali normal seperti semula dan hanya meninggalkan bekas jahitannya saja. Kakinya yang dioperasi juga telah sembuh meskipun terkadang masih terasa nyeri. Ia kini bisa berjalan tanpa bantuan kursi roda maupun tongkat. Wajahnya yang penuh luka itu kini juga sudah kembali normal hingga membuat kecantikannya kembali seperti dulu.
"Ciee yang mau sekolah lagi." Pria dengan balutan seragam SMA yang sama dengan Dina itu menyandarkan tubuhnya di pintu kamar Dina sembari mengejek Dina yang tengah sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.
"Mau gue gendong sampe ke lantai bawah?" tawarnya ketika ia sudah berdiri di samping Dina. Namun sebenarnya, ia hanya bermaksud untuk mengejek Dina. Ketika masih dalam tahap penyembuhan, Dina kerap kali menyuruh Deni untuk menggendongnya ke lantai bawah ketika ingin menonton TV. Padahal, sebenarnya ia bisa berjalan sendiri dengan tongkatnya tanpa harus digendong. Deni ingin menolak, tapi Dina terus merengek dan memohon padanya. Terpaksa, Deni mengiyakan permohonan sepupunya itu."Idih. Sok-sokan gak jawab. Beneran gak mau digendong nih?" tanya Deni lagi untuk memastikan sekaligus mengejek Dina kembali.
"Enggak. Udah-udah pergi sana! Gue mau dandan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUPU TAPI MENIKAH ||Baekhyun Z.Hera||
Teen Fiction"Loh kok lo malah nyolot sih?! Yang sopan dong sama kakak sepupu." Jawab Dina gak kalah nyolot dari Deni. "Mana ada kakak yang lebih muda dari adeknya?" Deni menaikkan satu alisnya. Dina membeku. "Ya.. Ya mana gue tau. Pokoknya lu harus hormat ke gu...