Semakin hari, lo semakin nempel sama Deni. Dan gue gak suka itu!
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Dina langsung kembali ke UKS setelah mengambil tas miliknya serta milik Deni di depan kamar mandi. Ia melemparkan tas milik sepupunya itu tepat di atas perut Deni yang tengah tertidur pulas. Deni pun tersentak dan terbangun dari tidurnya. Rasa sakit mulai ia rasakan. Ia pun mengerang kesakitan.
"Aduhh! Apaan nih?!" Deni membuang tasnya dengan asal. Lalu, ia mencoba untuk duduk dengan tegak sambil mengucek-ucek matanya.
"Ooppss! Sorry! Kirain tadi gak ada orangnya," ujar Dina seperti tidak merasa bersalah.
"Lo sengaja kan? Sakit nih perut gue!"
Deni menatap mata Dina dengan tatapan menginterogasi. Namun, bukan Dina namanya kalau ditatap seperti itu saja sudah takut. Justru, Dina balik menatap Deni dengan tatapan yang tajam. Sudah seperti ajang lomba tatap-tatapan saja. Bahkan, Dina juga melipat kedua tangannya di dada dan memasang wajah menantang.
Deni menghampiri Dina. Tatapannya kepada Dina semakin tajam saja. Lalu, Deni berhenti tepat di depan sepupunya itu. Deni melayangkan tangan kanannya ke arah kepala Dina. Dina memejamkan matanya sambil gemetar. Ia berpikir bahwa Deni akan memukul kepalanya. Namun, itu semua tidak benar. Deni justru mengelus-elus puncak kepala Dina.
Dina merasa sedikit aneh dengan perlakuan Deni. Namun, itu membuat Dina lega. Tapi, i juga merasa aneh. Bukannya Deni marah, malah justru mengelus-elus kepalanya.
"Lo tau gak kalo kejatuhan tas yang isinya buku semua itu rasanya sakit?" tanya Deni sambil terus mengelus-elus kepala Dina dengan lembut. Lalu, Deni memperkuat gerakan tangannya hingga membuat Dina meringis kesakitan.
Dina dengan cepat menepis tangan Deni dari kepalanya. "Lo apa-apaan sih? Sakit tau kepala gue!"
"Perut gue juga sakit iler!"
"Alahh! Lebay amat lu! Cuma tas juga,"
"Cuma? Cuma lo bilang? Oke! Mulai besok, lo jangan nebeng gue! Awas aja lo sampe ngemis-ngemis ke gue! Gak bakal luluh hati gue." Deni mengambil tasnya yang tergeletak di lantai, lalu ia langsung pergi begitu saja.
"Waduh! Kumat lagi deh penyakitnya si Deni," Dina mendesah. "Gimana nih?"
Dina kebingungan. "Tau ah! Gue pikirin nanti aja!"
**
Deni masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di bangkunya. Tas nya ia lemparkan asal di atas meja. Hanya ada dia seorang di dalam kelas karena semua teman sekelasnya masih sibuk menghabiskan waktu istirahat yang hanya 15 menit di kantin ataupun koperasi. Hening, itulah suasana saat ini.Deni menatap bangku kosong di sebelahnya. Ya, tentu saja itu bangku milik Dina.
"Udah gak sabar gue. Pasti nanti dia bakal ngemis-ngemis ke gue buat nebeng." ujar Deni sambil senyam-senyum sendiri membayangkannya.
Riko yang baru masuk ke kelas, langsung menghampiri Deni begitu melihatnya. Ia menatap heran Deni sambil meneguk minuman yang ia pegang. Teman sebayanya itu sekarang sedang senyam-senyum sendiri seperti orang gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUPU TAPI MENIKAH ||Baekhyun Z.Hera||
Teen Fiction"Loh kok lo malah nyolot sih?! Yang sopan dong sama kakak sepupu." Jawab Dina gak kalah nyolot dari Deni. "Mana ada kakak yang lebih muda dari adeknya?" Deni menaikkan satu alisnya. Dina membeku. "Ya.. Ya mana gue tau. Pokoknya lu harus hormat ke gu...