Catatan: cerita ini diambil dari kehidupan nyata author. Gak cuma sekali kejadian ini terjadi di kehidupan author. Cuma mau ngasih tau, jangan baca cerita ini pas makan, takutnya kalian gak tahan aja😂
HAPPY READING
Dina dan Deni mendesah ketika melihat gerbang sekolahnya sudah ditutup. Mereka juga sudah menebak hal ini akan terjadi.
Deni menghentikan motornya tepat di depan gerbang. Dina turun dari motor dan diikuti dengan Deni yang juga turun dari motor. Lalu, Deni meminta kepada Pak Satpam yang tengah bersantai di pos satpam untuk membukakan gerbang.
"Pak, tolong bukan gerbangnya!" pintanya sambil menarik-narik gerbang hingga membuat sedikit kebisingan.
Pak Satpam itu terganggu dan akhirnya mendatangi Deni dan Dina. Satpam yang biasa dipanggil Pak Romi itu menatap sinis ke arah Deni dan Dina. Melihat betapa dalamnya Pak Romi menatap mereka, membuat Dina menelan air ludahnya dengan susah. Tapi, Deni bersikap biasa saja karena ia sudah sering mendapatkan tatapan seperti itu dari Pak Romi.
"Kalian boleh masuk tapi dengan satu syarat." ujar Pak Romi datar.
"Apa syaratnya Pak?" tanya Deni penasaran.
"Seperti biasa, setiap ada murid yang telat masuk sekolah. Maka harus ada hukumannya. Kalian harus membersihkan kamar mandi guru yang ada di berada di belakang ruang guru." Jelasnya.
Deni dan Dina mengangkat alisnya tak percaya.
"Pak, gak ada hukuman lain?"
Dina mencoba untuk menghindari hukuman yang menurutnya sangat menjijikkan. Kamar mandi adalah tempat dimana manusia membuang semua hal-hal kotor ke dalamnya. Ia tak akan sanggup jika harus membersihkan tempat kotor itu. Terlebih lagi, kamar mandi itu digunakan oleh semua guru.
"Tidak!" tegas Pak Romi.
"Tolong dong Pak. Ganti hukumannya." Deni memohon. Wajahnya ia buat-buat terlihat sesedih agar bisa meluluhkan hati Pak Romi. Tapi tentu saja Pak Romi tak akan luluh semudah itu.
"Kalian mau membersihkan kamar mandi saja atau membersihkan kamar mandi sama masjid?" tawar Pak Romi sambil mengelus-elus kumis tebalnya yang sengaja tak pernah ia cukur.
Deni dan Dina tersentak. Kenapa harus ada pilihan 'membersihkan kamar mandi' dari dua pilihan itu? Mereka mungkin akan menyanggupkan hukuman lain selagi itu bukan membersihkan kamar mandi.
"Pak, hukuman membersihkan kamar mandinya diganti ya? Membersihkan lapangan sekolah juga boleh asal jangan kamar mandi." celetuk Deni, membuat Dina membulatkan matanya.
Dina menginjak sepatu Deni lalu menatap wajah sepupunya itu dengan sinis.
"Lo gila ya? Lo pikir lapangan sekolah cuma 5 meter apa?"
"Terus gimana lagi? Gue gak mau kalo harus bersihin kamar mandi!"
Dina mendengus kesal. Ia memalingkan tatapannya dari Deni ke arah Pak Romi.
"Baik Pak! Kami akan membersihkan kamar mandi guru!" ucapnya tanpa berdiskusi dengan Deni terlebih dahulu.
Deni terkejut. Ia tak setuju dengan Dina. Ia ingin menolak, namun tak akan ada gunanya juga karena Dina pasti akan tetap keras kepala.
Kini, pikirannya sudah mulai liar memikirkan bagaimana dirinya nanti ketika membersihkan kamar mandi. Membayangkannya saja sudah membuatnya mual dan bergidik ngeri.
Pak Romi akhirnya membukakan gerbang sekolah. Deni dan Dina kembali naik ke motor lalu masuk ke dalam sekolah. Pak Romi juga mengikuti mereka dari belakang hingga ke tempat parkir sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUPU TAPI MENIKAH ||Baekhyun Z.Hera||
Teen Fiction"Loh kok lo malah nyolot sih?! Yang sopan dong sama kakak sepupu." Jawab Dina gak kalah nyolot dari Deni. "Mana ada kakak yang lebih muda dari adeknya?" Deni menaikkan satu alisnya. Dina membeku. "Ya.. Ya mana gue tau. Pokoknya lu harus hormat ke gu...