Operasi sedang berlangsung ketika Dina dan Deni sampai di depan ruang operasi. Di depan ruang operasi, tampak Karina yang tengah mondar-mandir sembari menggigit jarinya.
"Tante Kirana gimana mah?" tanya Dina dengan nada khawatir. Membuat Karina berhenti mondar-mandir.
"Mama belum tau. Kirana baru beberapa menit yang lalu dibawa masuk ke dalam ruang operasi."
"Mama kenapa tan? Kenapa mama bisa kaya gini?" Deni takut dan khawatir dengan ibunya. Pikirannya kacau. Tapi, dalam hati ia juga mendoakan agar operasi ibunya berjalan dengan lancar. Mata Deni sudah dipenuhi air mata, tapi segera ia usap ketika akan jatuh ke pipinya.
"Mari duduk dulu." ujar Karina. Ingin rasanya ia mengeluarkan air matanya, tapi ia tahan, karena itu hanya akan membuat Dina dan Deni semakin khawatir.
Mereka bertiga duduk di kursi tunggu yang tersedia di depan ruang operasi. Karina menghela napasnya panjang sebelum menceritakan kronologi kecelakaan yang dialami Kirana agar dirinya tak terbawa emosi yang akan membuatnya menangis.
"Jadi begini.." Karina menghela napasnya kembali. "Kirana bilang ia ingin pergi ke pasar sebentar. Menurut saksi, Kirana mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang normal dan pada lajur yang benar. Tapi tiba-tiba dari arah yang berlawanan ada sebuah truk dengan kecepatan tinggi oleng sehingga menabrak mobil Kirana. Kata polisi, si pengemudi truk itu dalam keadaan mengantuk."
Setelah menceritakan semuanya, Karina mendongakkan kepalanya agar air matanya tak jatuh. Lalu, ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya agar terlihat segar kembali. Ia tak ingin terlihat lemah di depan keluarganya.
Membayangkan semua yang telah diucapkan Karina, membuat Deni tak bisa menahan air matanya lagi. Ia langsung menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Deni hanya terus mengeluarkan air matanya tanpa suara. Dina menjadi semakin ingin menangis melihat sepupunya itu menangis. Tapi, Dina harus menahannya.
Lalu, ia menepuk-nepuk punggung Deni, "Lo nangis yang keras aja Den. Jangan tahan suara lo supaya hati lo bisa lebih tenang. Tapi, lo juga harus kuat, jangan lemah. Kita doain aja semoga operasinya berjalan lancar."
Lalu, Deni mulai mengeluarkan suaranya layaknya seperti ketika orang lain menangis.
"Lo bisa pinjem bahu gue kalo lo mau.." kata Dina sambil terus menepuk-nepuk punggung Deni. Ia mengatakan itu bermaksud agar Deni lebih nyaman ketika meluapkan kesedihannya, karena menangis sambil menutupi wajah itu sangat tidak nyaman.
Deni pun membuka wajahnya yang ia tutupi dengan kedua telapak tangannya. Deni meletakkan dagunya di atas bahu Dina. Dina terkejut dengan yang dilakukan Deni. Ia pikir Deni tidak mendengarkan ucapannya sama sekali. Tanpa berkata apa-apa lagi, Dina langsung menepuk-nepuk punggung sepupunya itu kembali dengan lembut.
~
Seiring waktu berjalan, semakin tak terdengar lagi suara Deni menangis dan Karina juga sudah kembali dari kamar mandi. Dina pikir, Deni sudah berhenti menangis. Ia membiarkan Deni dalam posisinya seperti tadi sampai Deni sendiri yang menyingkirkan kepalanya dari bahu Dina.Tapi sudah beberapa menit berlalu, Deni tak juga menyingkirkan kepalanya dari bahu Dina. Sedangkan bahu Dina mulai sakit. Dina mencoba memanggil-manggil nama Deni sambil menepuk punggung Deni beberapa kali, tapi tak ada respon dari Deni.
"Deni tidur apa pingsan ya?" Dina jadi bingung sekaligus khawatir. Lalu, tiba-tiba terdengar suara orang mendengkur. Itu membuat Dina dan Karina membulatkan kedua matanya. Suaranya sangat jelas terdengar di telinga Dina karena itu bersumber dari Deni. Setelah dilihat oleh Karina, ternyata Deni sedang tertidur.
"Gak papa lo tidur, yang penting jangan pingsan aja." ucap Dina dalam hati.
Tapi, semakin lama Dina membiarkan Deni meletakkan kepalanya di bahunya, rasa sakit di bahunya semakin tak bisa ditahan. Tapi, ia juga tak mungkin membangunkan Deni yang sedang tertidur pulas itu. Yang Dina takutkan adalah apabila Deni bangun sekarang, pastinya ia akan kembali khawatir dan sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUPU TAPI MENIKAH ||Baekhyun Z.Hera||
Teen Fiction"Loh kok lo malah nyolot sih?! Yang sopan dong sama kakak sepupu." Jawab Dina gak kalah nyolot dari Deni. "Mana ada kakak yang lebih muda dari adeknya?" Deni menaikkan satu alisnya. Dina membeku. "Ya.. Ya mana gue tau. Pokoknya lu harus hormat ke gu...