Keesokan harinya rara bergegas untuk mandi dan memakai baju seragam, setelah keluar dari kamar mandi memakai baju seragam yang rapih. Sama seperti kemarin, bahkan seperti hariku selelu terulang tidak ada bedanya.
Sesampai disekolah rara langsung masuk kekalas, dengan senyum yang mengambang dibibirnya, rara dikenal dengan murah senyum disekolahnya, maka dari itu ia memiliki banyak teman. tiba tiba saja ada yang mengenggolnya.
"Duh.." ujar rara sambil melihat siapa yang mengenggolnya.
"Asik nih pagi pagi udah senyum snyum sendiri" ucap yena kemudian duduk dikursi dan menaruh tasnya.
"Apaansi biasanya juga gua gini, kenapa lo gak seneng?" balas rara seyot.
"Ya gak gitu juga, eh iya ra gimana formulir lu dikumpulin sekarang?" tanya yena.
"Bukan sekarang, melainkan dua minggu lagi" balas rara.
"Hah serius lo!?" rara hanya mengangguk.
"ish ish ish ortu lu masih gak mau ngasih tau lo juga?" rara sekali lagi mengangguk, karena tidak ada jawaban lagi.
"Bilang lah sama mereka kalau lu tuh dah gede, gw yakin kakak lu juga udah dewasa" yap yena tau soal kakak rara.
Diantara teman temannya salah satunya yena yang tau soal kakaknya itu, menurut rara, yena dapat dipercaya untuk menjaga hal rahasia ini.
"Atuh iya lah. kalau kakak gw umurnya masih dibawah gw, namanya itu adik gw, you know?"
"iya dah madam"
Selesai berbincang, dan bel masuk berbunyi, sangat kencang. Hal yang menyebalkan baginya, saat suara bel berbunyi dengan sangat kencang.
Kita denger gak usah gede gede juga kali suaranya. Cibir rara.
Kesalnya. memulai pelajaran, rara adalah murid yang aktif saat dikelas, melainkan dibeberapa waktu tertentu. Semua guru yang masuk kekelas rara, mengandalkannya, disaat ada tugas.
Iya, disaat ada tugas. Pasti rara yang ditunjuk untuk mengerjakannya dipapan tulis, ia sangat malas dengan ucapan gurunya saat memanggilnya. Memujinya didepan banyak orang, kenapa ini, ia sangat tidak suka jika dipuji berlebihan.
Dan itu terjadi lagi sekarang, sial.
"Rara tolong selesaikan pertanyaan ini dipapan tulis." dengan berat hati rara bangun dari kursi dan menuju kedepan jelas.
..............................
Berada dilingkungan sekolah menurutnya tidak enak, bau pelajaran yang sangat menyengat, membuatnya muak. Rara direkomendasikan oleh gurunya untuk ikut kelas seni, cuma rara menolahnya, karna malas dan juga cape.
Apa kalian tau, aku tidak pernah ketempat nenek, sama sekali. Melihat dan mendengar namanya saja aku tidak pernah. Udah gak tau nama kakak, ditambah nenek, harus kah mereka menutupinya? .
Ayolah, kenapa mereka menutupinya sampai seperti ini, bahkan situs situs yang aku curigai ada nama kakaku disana, diblokir oleh papahku.
"Yen main yuk" ujarnya, sambil jalan menelusuri koridor sekolah.
"Hmm, ayo free nih gua" balasnya
"Sok sibuk lo"
"Heheh"
"Dirumah gua ajah, buruan masuk"
Mereka sudah ada didalam mobil rara, akhir akhir ini semuanya menjadi sedikit berbeda. Entah dari papa yang sering ngecekin hp, sampe mamah yang tiap jam nanyaian keberadaan.
Aku serasa dipenjara taugak, aku juga jadi sering untuk dipanggil papah kekantor, dan kemudian hpnya papah ambil dan dipriksa, gila sampe segitunya. Kalau aku punya pacar juga dengan mudah ketauan.
Aku mulai terbiasa, selama sepekan ini, menurutku kalau itu yang terbaik kenapa gak. Tapi tidak dengan kakakku, aku masih mempunyai laptop dan komputer, untuk mencarinya.
Diperjalanan menuju rumahku, kita sama sama berbincang, sama aku melihat titik merah berkedip kedip. Karna rara penasaran, ia mengambilnya, dan.
Kamera tersembunyi.
"Kenapa ada ginian" bisik rara.
"Bapak lo kenapa sih heran" balas yena berbisik.
Rara buru buru mematikan kamera itu, dan memasukan kedalam tasnya.
Sesampainya dirumah, ia melupakan soal kamera kecil itu, dan mulai bermain mainan yang ada dikamaranya, layaknya anak kecil.
Dan hari ini mereka masak masak didapur, membuat kue yang mereka mau. Dapur menjadi berantakan, tentu selesai menggunakan dapur, mereka membereskannya kembali.
...............
"Yaudah, gua pulang ya. Udah sore nih" rara mengangguk, kemudian mengantarnya kedepan gerbang.
Rara melambaikan tangannya, kepada yena, yang menjauh dari rumahnya.
Setelah yena, meninggalkan rumah rara, ia langsung lari dengan cepet menuju kamarnya. Membuka tasnya dan mencari benda kecil itu, rara duduk didepan kasurnya, memutar mutar benda kecil itu.
Apa ini kamera, ini begitu kecil, apa mungkin? Siapa yang menuruhnya?
Rara pergi mengambil leptopnya, kemudian duduk dikasur, mencari barang sejinis, barang yang ia pegang.
Pandangnnya tak lepas dari 2 benda itu."Hidden camera" ujar rara kecil.
Rara tanpa berpikir lebih panjang ia menelepon papahnya.
"Hallo pah"
"Hallo kenapa ra?"
"Kenapa ada benda ini dimobil rara pah"
"Benda? Benda apa?"
"Hidden camera"
"Ah, itu. Papah lupa mengambilnya"
"Lupa mengambil? Berati papah yang taruh benda itu?"
"Iya ra"
"Buat apa pah"
"Ada tujuannya ra"
"Ya tujuan apa?"
"Banyak yang tidak suka, karena perusahaan papah yang sedang maju pesat, mereka bisa ajah melukai kamu dengan cara apapun itu. Papah dan mamah gk mau sampe itu terjadi. Makanya akhir akhir ini, papah dan mamah sering memperhatikan kamu, kamu tau maksud papahkan?"
"Kenapa papah gk bilang dari kemaren, kalo ada masalah kayak gini"
"Itu bukan urusan kamu, sekarang, sekarang kamu hanya perlu belajar"
"Iya pah, itu pasti. Kalo soal kak-"
"Udah dulu ya, papah dipanggil. Mamah lagi jalan pulang kerumah"
Papahnya mematikam teleponnya, seperti biasa, tidak ada perkembangan soal kakanya itu. Rara sudah mulai terbiasa soal penolakan balasan dari papahnya itu. Bahkan sbelum ia menyelesaikan ucapannya, papahnya memotong perkataan itu.
Vote + komen
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Jimin Kakak Gue!? || END✔
Fanfiction"eh apa tadi bilang apa" rara memancing pria itu berbicara agar dia yakin kalo yang dipikirkan rara itu benar "maaf aku gak sengaja" rara terkejut "HOH! PAR--" pria itu berhasih membukam mulut rara dengan tangannya "hey sudah diam bisa ketauwan aku...