9. Rumah Reila
"Setiap orang memiliki alasan dari apa yang ia perbuat. Pahami dulu alasannya, barulah mengambil tindakan yang tepat."
***
Sepulang sekolah Reila berencana belajar dengan Anggi di rumah Anggi. Jarak Rumah mereka tidak begitu jauh, Reila hanya butuh waktu beberapa menit untuk sampai di rumah Anggi dengan berjalan kaki.
Mereka memang sudah berteman sejak SD, dari SD hingga SMA mereka selalu satu kelas, jadi mereka sudah sangat mengenal pribadi satu sama lain, bahkan baik Reila maupun Anggi sudah akrab dengan keluarga satu sama lain.
Seperti biasa, sebelum pergi Reila selalu berpamitan dulu kepada ayahnya.
"Bah, Neng belajar di rumah Anggi dulu ya," pamit Reila sambil mencium punggung tangan ayahnya.
"Iya Neng, hati-hati. Jangan pulang malam-malam."
"Siap, Bah."
Setelah berpamitan, Reila langsung pergi, ia berjalan santai sambil melihat-lihat pemandangan yang ia lewati.
Tiba-tiba saja, ketika ia melewati supermarket, seorang bapak-bapak berteriak 'Maling...' membuat Reila kaget. Sontak ia pun berhenti berjalan dan mengamati apa yang terjadi.
Dilihatnya banyak laki-laki yang didominasi oleh bapak-bapak hendak memukuli seorang laki-laki. Reila mencermati wajah laki-laki yang akan dipukuli itu. Ia membelalakkan matanya, ketika dengan jelas melihat laki-laki yang sedang dipukuli itu adalah teman sekelasnya.
Reihan!
Dengan segera Reila menghampiri bapak-bapak itu dengan berlari. Sayangnya, bapak-bapak itu tidak mengindahkan permintaan Reila, terpaksa Reila memakai sarung tangannya dan mengeluarkan sedikit jurus-jurusnya, agar bapak-bapak itu menghentikan aksinya.
"Pak.. tolong dengarkan saya dulu ..!" teriak Reila dengan suara yang sangat keras.
Bapak-bapak itu akhirnya berhenti menyerang Reihan dengan napas yang terengah-engah, dan emosi yang masih tersisa di sana.
Reila harus segera berbicara lagi sebelum bapak-bapak itu kembali memukul Reihan. Reila menarik napasnya pelan dan menghembuskannya perlahan.
"Pak, dia teman saya, dia orang kaya, jadi dia tidak mungkin mencuri!" ujar Reila.
"Neng, tadi dia mau membuka mobil saya secara paksa dengan kuncinya," sanggah sang pemilik mobil.
Reila mengernyit sebentar, kemudian ia melihat ke arah Reihan yang sudah terbaring lemah di pinggirnya, bahkan tampak sudah tak sadarkan diri.
Reila tak mengerti apa maksud Reihan membuka kunci mobil milik orang lain? Apa Reihan salah mobil? Atau Reihan memang mau mencuri? Tapi, tidak mungkin Reihan yang memiliki banyak uang mencuri, dia bisa mendapatkan mobil bagus dengan mudah, kenapa harus mencuri?
"Tapi Pak, dia juga punya mobil, untuk apa dia mencuri mobil Bapak?"
"Ini buktinya! Tadi dia mau mencuri mobil saya!"
Reila bingung, dia melihat-lihat sekitar, mata Reila sempat liar, hingga ia tak sengaja melihat mobil Reihan parkir tepat di depan matanya terhalang oleh beberapa motor dan bapak-bapak yang mengerubunginya. Meskipun tidak pernah naik mobil Reihan, tapi Reila cukup mengenalinya karena sering melihatnya di sekolah.
"Itu mobil teman saya, Pak," ujar Reila sambil menunjuk ke arah mobil Reihan. Sontak, bapak-bapak itu melihat ke arah yang Reila tunjuk secara bersamaan. "Mungkin teman saya mau mengambil mobilnya, Pak. Tapi salah," sambung Reila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Classmate
Teen FictionOn going {Teenfiction~spiritual} Kelas 12 adalah kelas dimana anak SMA harus belajar sungguh-sungguh demi lulus sekolah. Menjadi sangat sibuk, kuis hampir tiap hari, melelahkan bukan? Bagaimana jadinya jika saat kamu kelas 12, kamu mendapatkan banya...