22. Diskors

6.9K 872 104
                                    

22. Diskors

***

"Maaf, aku nggak tahu, Rei." Dara merasa tidak enak pada Reihan. "Kamu mau maafin aku kan?"

Reihan tidak seharusnya bersikap berlebihan seperti itu, sekarang dia menjadi merasa bersalah, karena Dara yang jadi harus meminta maaf kepadanya.

"Bukan salah kamu kok, aku aja yang berlebihan" jawab Reihan. Ia masukkan kembali sapu tangannya ke dalam tasnya.

Kemudian suasana canggung kembali, hening, sunyi, padahal di sekitar mereka sangat ramai.

"Gimana beres ngerjain Soalnya?" tanya Reila yang tiba-tiba datang.

Reila bingung ketika melihat sosok cewek lain di sekitar mereka, sosok yang cukup Reila tahu namun tidak ia kenal.

Siswa mana yang tidak mengenal Dara, siswi yang disebut-sebut sebagai cewek tercantik di SMA Aderald. Tentu Reila tahu, meski ia tidak mengenalnya.

Tidak hanya Reila yang bingung, Dara pun bingung. Awalnya Dara mengira mereka hanya kerja kelompok bertiga, ternyata ada yang lain.

"Belum, La. Pusing," jawab Raka.

Perlahan Reila duduk di depan Reihan, Raka, Riko dan Dara yang tersekat meja, meski dirinya masih terlihat bingung melihat Dara, namun masih enggan untuk bertanya.

“Bagian mana yang nggak ngerti?” tanya Reila.

Tampaknya Raka bisa mengerti maksud tatapan mata Reila yang sesekali menatap Dara bingung. Sepertinya Reila membutuhkan jawaban, atas keberadaan Dara di tengah mereka.

“Oh iya, kenalain La. Ini Dara, pacarnya si Ujang,” ujar Raka. Reihan mengerjap, merasa kesal pada Raka karena telah memperkanalkan Dara sebagai pacaranya.

Namun, Reila merasa biasa saja, hanya bisa mengucap, Oh dalam hatinya. Tak heran, Reila pun pernah melihat Dara di parkiran bersama Reihan waktu itu, sudah bisa menduga.

“Ini yang namanya Reila?” tanya Dara.

Reila menoleh, Dara mengenalinya?

“Iya, ini temen kelompok kita yang paling pinter di kelas,” jawab Raka.

“Kenalin aku Dara.” Dara memperkanalkan diri sambil mengulurkan tanganya untuk berjabat tangan dengan Reila.

Reila tampak malu-malu, tapi ia pun berusaha untuk membalas uluran tangan Dara, mereka pun berjabat tangan. “Aku Reila.”

“Salam kenal ya,” lanjut Dara. Reihan tampak gelisah, ia tidak menyukai situasi ini, dimana dia hanya bisa menonton, tak bisa melakukan atau berkata apa-apa. “Nggak apa-apa kan, aku ikut belajar di sini?” tanya Dara kemudian setelah saling melepas tangan.

Reila hanya mengangguk pelan, dan kembali melihat buku-buku yang sudah ia bawa tadi. Reila tampak kurang nyaman jika banyak bicara di depan orang yang baru ia kenal, entahlah itu memang karakter Reila yang belum bisa Reila atasi. Reila hanya mampu banyak bicara di hadapan orang-orang yang sudah ia kenal cukup lama.

Karena Reila tidak menerangkan lagi, kondisi kembali hening. Reihan pun tampaknya ingin cepat-cepat membawa Dara pulang.

“Jadi gimana, La? Aku nggak ngerti,” ujar Raka memecahkan keheningan.

“Tadi kan aku udah ngejelasin panjang lebar.”

“Dia mah emang oon, La,” celetuk Riko.

Maneh jiga anu ngarti wae, (lo kayak yang ngerti aja)” serga Raka kesal.

Reihan tampaknya harus segera mengakhiri kerja kelompok ini, sebelum hatinya semakin gelisah tak menentu.

Dear ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang