21. Kekompakan Di Kelas

6.5K 849 61
                                    

21. Kekompakan Di Kelas

"Seorang guru harus bisa membangkitkan semangat anak didiknya."

=========================

Asma terkaget mendengar ocehan Ibu Ivan, sadis sekali! Dia ingin mengeluarkan Kevin dari sekolah ini? Itu sangat keterlaluan bagi Asma, sudah cukup Asma mengalah dalam kasus Reila kemarin, sekarang dia tidak mau lagi muridnya diskors apalagi sampai dikeluarkan.

“Maaf, Pak, saya keberatan!” Asma menginterupsi. “Saya rasa cukup dengan memberikan sedikit hukuman, tidak usah sampai harus diskors apalagi dikeluarkan!”

Ibu Ivan menghembuskan napasnya kasar, Asma sudah sangat berani membantahnya.“Kalau hukumannya hanya sedikit, anak ini tidak akan merasa kapok!”

“Tapi bagaimana pun juga Kevin murid berprestasi, sebelumnya dia tidak pernah terlibat dalam masalah apapun. Apa salahnya kita memberikan dia kesempatan?” Asma tetap bersikeras tak mau kalah.

Ibu Ivan dibuatnya diam, ia bergeming beberapa saat, merangkai kembali kata-kata untuk membantah argument Asma. Pokoknya siapapun yang menyakiti anaknya harus mendapatkan hukuman! Itulah prinsip sang Ibu Ivan. Tatang selaku Kepala sekolah pun tampaknya sudah dibuat pusing oleh kedua wanita ini.

“Anda ini guru macam apa sih, bisa-bisanya Anda membela anak yang salah,” lanjut Ibu Ivan yang tak kehabisan kata untuk membantah Asma. “Kemarin Reila murid Anda juga, sekarang Kevin juga murid Anda. Itu artinya Anda tidak becus menjadi seorang guru. Sebaiknya guru seperti Anda dipecat, karena tidak becus mendidk anak dan hanya bisa menghasilkan preman!”

Asma merasa geram, ibunya Ivan sangat berlebihan. Sekarang dia mengatai Asma tidak becus mendidik anak? Mungkin benar, mungkin juga tidak. Asma sendiri tidak yakin kalau ia sudah berhasil mendidik anak. Yang membuat Asma semakin jengkel, yaitu sikap Ivan yang selalu mengadu pada orang tuanya, padahal masalah ini bisa diselesaikan dulu di sekolah oleh para guru.

“Sudah-sudah!” Tatang berusaha menengahi kedua wanita ini yang terus berdebat. “Saya sudah putuskan Kevin akan mendapatkan hukuman!”

Kevin terbelalak, bukan dirinya yang ia pikirkan tapi ibunya. Kalau ibunya tahu pasti ibunya akan sangat kecewa dan marah pada Kevin.

“Bapak Kepala sekolah, tolong Anda bersikap adil.” Asma memohon dengan merendahkan suara, sudah habis tenaganya untuk meninggikan lagi suaranya.

“Saya tidak akan mengeluarkan Kevin dari sekolah ini, saya hanya akan memberikan hukuman dengan men-diskors Kevin selama seminggu.”

Ibu Ivan menyunggingkan senyum sinisnya, merasa menang. Tapi, tidak dengan Asma dan Kevin.

“Saya keberatan, Pak. Kevin sudah kelas 12 dia harus masuk sekolah supaya tidak ketinggalan pelajaran, apalagi sebentar lagi akan ada UAS,” ujar Asma.

Kevin terharu, sebagai wali kelasnya, Asma begitu pantang menyerah membela Kevin. Sebelumnya, Kevin tidak pernah menemukan wali kelas yang sangat peduli seperti Asma.

“Dia bisa belajar di rumah,” sergah Ibu Ivan yang tak mau kemenanganya diganggu gugat.

Asma tidak mau lagi mendengarkan perkataan ibunya Ivan, sekarang dia akan berusaha membujuk Tatang.

Asma tahu Kevin salah karena sudah memukul Ivan, tapi Asma merasa dirinya yang lebih salah karena tidak bisa mendidik muridnya sendiri. Ia marasa harusnya dialah yang dihukum, atas kegagalannya dalam mendidik anak.

“Pak Kepala sekolah, maaf kalau saya lancang, berikan saja hukuman Kevin pada saya,” lanjut Asma.

Semua mata dibuat terbelalak, terutama Kevin.

Dear ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang