17. Berbunga-bunga
***
"Bangunlah cinta kepada Allah, bukan malah jatuh cinta kepada manusia."
***
Reihan terbelalak mendengar pertanyaan Dara? Apa ia tidak salah dengar? Reihan butuh waktu cukup lama untuk mencerna ucapan Dara.
"Maksud kamu?" Reihan ingin memastikan bahwa apa yang ia dengar tadi tidaklah salah.
Dara semakin tegang, dia butuh kekuatan untuk mengulang ucapannya tadi. Ia terdiam sejenak, menarik napasnya pelan-pelan dan menghembuskannya perlahan.
Tubunya terlihat gemetaran, bahkan wajahnya pun semakin merona, sayangnya Reihan tidak peka akan itu.
“Aku.. aku..” Dara kembali terdiam, jantungnya semakin berdegup kencang. “Aku nerima kamu sekarang.” Akhirnya kalimat itu terucap jelas dari mulut Dara dan Reihan dibuatnya tidak berkutik. Reihan tampak antara percaya dan tidak percaya.
Dara menerima cintanya? Kenapa baru sekarang? Saat reihan bingung dengan perasaanya. Reihan bergeming, ini terlalu mendadak baginya, ia tidak bisa berpikir cepat, terlebih ia sendiri bingung dengan kondisi ini, tak pernah terbayangkan hal seperti ini terjadi.
“Rei, kenapa kamu diem aja?” Dara membangunkan Reihan dari keterdiamannya. Reihan mencoba mengatakan sesuatu, meskipun ia tidak yakin dengan apa yang akan ia katakan nanti, sesuatu yang benar atau salah?
“Ke… kenapa kamu baru nerima aku sekarang?”
Dara menunduk, menahan rasa malu yang kian menjadi. “Maaf, aku baru sadar sekarang, kalau kamu nggak seperti yang aku pikirkan.”
Reihan kembali terdiam, apakah berarti bahwa Dara sudah menyukainya sekarang? Ini nyata? Atau mimpi? Kenapa begitu tiba-tiba?
Reihan bingung dengan perasaannya sekarang, haruskah ia merasa senang? Tapi kenapa hatinya merasa biasanya saja? Malah sosok Reila yang terbesit di pikirannya.
Haruskah ia menolak? Rasanya tidak enak jika Reihan harus menolak Dara atau mengulur waktu untuk memberikan jawaban. Dara itu cewek baik, cantik, terlebih Dara juga baru saja disakiti oleh cowok hidung belang. Masa iya Reihan harus menambah rasa sakit hatinya?
Tidak mungkin!
Lalu, apa yang harus Reihan lakukan sekarang? Ia merasa tidak ada pilihan lain selain mengiyakan?
“Kamu serius?” tanya Reihan memastikan sekali lagi.
“Iya aku serius Reihan.”
Reihan benar-benar merasa tidak punya pilihan. Sepertinya kali ini dia harus memberikan jawaban dengan terpaksa dan penuh keraguan.
“Baiklah, kita jadian mulai hari ini.”
***
Kevin merasa frustasi dengan keputusan Clara yang memilih putus darinya. Ia terus terpikirkan hal itu hingga ia sampai di rumahnya. Begitu terasa sakit hatinya, tak terima dengan keputusan Clara.
Kevin merebahkan tubuhnya di atas ranjang, sorot matanya terlihat kosong, Kevin seperti sudah tidak ada gairah hidup. Malas untuk melaukan apapun. Di pikirannya hanya ada Clara saja.
Apa yang harus ia lakukan sekarang? Kevin tidak bisa jika harus begini terus. Ia angkat tubuhnya, mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas, pikirannya sudah kacau ia harus segera menelepon Clara.
Namun, sayangnya Clara tak juga mengangkat, sampai tiga kali Kevin telepon, ponsel Clara malah menjadi tidak aktif. Clara benar-benar menghindarinya. Semudah itu kah Clara mengucap kata putus? Padahal mereka sudah menjalin hubungan sejak dari kelas 10.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Classmate
Подростковая литератураOn going {Teenfiction~spiritual} Kelas 12 adalah kelas dimana anak SMA harus belajar sungguh-sungguh demi lulus sekolah. Menjadi sangat sibuk, kuis hampir tiap hari, melelahkan bukan? Bagaimana jadinya jika saat kamu kelas 12, kamu mendapatkan banya...