3. Semakin dilarang semakin menjadi
"Islam bukan hanya sekedar hiasan KTP, tapi merupakan prinsip hidup seorang mukmin."
***
"Kenapa saya harus ikut anda?" Tanya Reihan bingung.
"Saya harus memberitahu anda sesuatu hal yang penting." Rambo mengambil jeda. "Cepat keluar sekarang, kita cari tempat yang nyaman untuk bicara!"
Reihan merasa ini sangat tidak penting, bahkan ia mengira bahwa pria ini adalah seorang preman yang ingin mencuri uangnya atau mobilnya. Begini-begini Reihan pun jago bela diri, karena dia bercita-cita menjadi seorang petinju profesional.
Reihan keluar dari mobilnya, sementara kedua sahabatnya tetap di tempat.
"Saya tidak mengenal anda. Untuk apa saya berbicara dengan anda?" tanya Reihan. Reihan menatap Rambo penuh selidik, rambut gondrong, berjenggot, tubuh kekar dan tinggi. Di mata Reihan, Rambo tampak seperti seorang preman. Yah memang mantan preman, Reihan tidak salah.
Reihan ragu untuk melawannya, mungkinkah dia mampu mengalahkan pria menakutkan seperti Rambo? Tapi, tingkat percaya diri Reihan cukup besar. Belum lama ini, dia pernah bertanding di atas ring dan berhasil mengalahkan lawannya. Itu cukup membuatnya semakin percaya diri.
Sebelum Reihan mengeluarkan tinjunya, Reihan berniat mengusir Rambo secara baik-baik dulu.
"Tapi saya punya urusan dengan anda," jawab Rambo dengan menatap tajam Reihan.
"Urusan apa? Kita gak saling kenal!" Sergah Reihan dengan sedikit emosi. "Udah lo ngaku aja, lo mau apa? Mau duit?"
Rambo diam tak menjawab, Reihan menjadi bingung. Reihan merasa percuma telah keluar dari mobilnya untuk meladeni Rambo, lebih baik dia segera mencari jalan lain untuk menghindari Rambo.
Reihan membuka pintu mobilnya. Namun, Rambo menarik tangannya.
"Ayo kita bicara!"
Reihan terkaget, dia semakin yakin pria yang ada di depannya ini adalah seorang maling. Reihan bersegera mengeluarkan jurus-jurus andalannya. Dia menarik tangannya dari Rambo, kemudian melayangkan tangannya menuju sisi pipi Rambo, namun Rambo berhasil menghindar.
Detik selanjutnya, Reihan mengeluarkan tendangan mautnya, kali ini pun Rambo berhasil menghindar. Reihan tak mengerti kenapa Rambo terus menghindar, bukannya melawan.
Rambo sangat lihai menghindar dari serangan-serangan cepat Reihan, hingga Reihan kelelahan, karena tak kunjung juga berhasil meninju Rambo.
Reihan menghentikan aksinya, napasnya terengah-engah, saat itu lah Rambo memanfaatkan waktu untuk kembali menarik tangan Reihan.
"Urang ngan hayang ngomong sakedeung moal lila! (Saya hanya ingin bicara sebentar, gak lama!)"
***
Reihan dan Raka duduk di atas rumput, sebuah taman yang tidak jauh dari tempat parkir mobil Reihan, sementara Riko diam di dekat mobil dan motor Rambo sebagai petugas parkir.
"Saya tanya, agama kamu apa?" Tanya Rambo yang duduk di depan Reihan dan Raka.
Reihan mendengus, ia sangat kesal dan tak mengerti dengan ulah Bapak tua ini. Menanyakan agamanya. Maksudnya apa? Sungguh sulit dimengerti. Jengkel! Itu yang dirasakan Reihan. Namun di sisi lain Reihan juga penasaran dengan teknik menghindar yang dilakukan Rambo, cukup memukau.
"Ngapain nanya agama gue, nggak penting! Langsung aja lah, mau bicara apa?"
"Justru itu hal penting, kalau kamu bukan Islam, saya gak akan panjang lebar, tapi kalau kamu Islam saya akan panjang lebar."
Reihan semakin tidak mengerti begitu juga dengan Raka.
Reihan berdecak, kemudian kembali mendengus. Oke, Reihan mengalah, dia akan menjawabnya, biar cepat selesai.
"Islam!"
"Nah gitu dong," sahut Rambo. "Kamu tahu kenapa cewek harus menutup aurat?"
"Untuk melindungi Pak," jawab Raka cepat.
Rambo mengalihkan pandangannya pada Raka yang sejak tadi berada di sebelah Reihan. "Saya gak nanya kamu!" Rambo kembali menatap Reihan. "Apa Reihan?"
"Ya suka-suka mereka lah, itu kan hak mereka." Reihan menjawab asal tak mau pusing.
"Kamu salah! Saya tidak akan mempermasalahkannya kalau kamu bukan Islam, tapi masalahnya kamu beragama Islam, jadi seharusnya kamu tahu!"
Reihan membuang napasnya kasar, sungguh ia merasa jengah. Apa maksud pria ini, tiba-tiba menghadang mobilnya, kemudian menceramahinya di taman, apa pria ini pembawa aliran sesat dan ingin mendoktrinnya?
"Jadi mau Bapak apa? Kalau Bapak mau ceramah mending di mesjid aja sana! Jangan di sini!"
"Orang yang mau saya ceramahi ada di sini, ngapain saya ke mesjid, kalau di sana orang-orangnya sudah Sholeh."
Raka tertegun, ia pun awalnya berpikir bahwa Rambo seorang preman, namun sekarang Rambo tampak seperti seorang ustadz.
"Terus?" Reihan tampak semakin kesal.
"Kamu bilang kamu muslim kan, tapi kamu belum menjadi muslim sejati, karena kamu belum menjadikan Islam sebagai prinsip hidup kamu, kamu hanya menjadikan Islam sebagai hiasan KTP, kartu keluarga kamu dan identitas kamu lainnya."
"Nah iya Pak, saya juga gitu kayaknya." Raka kembali menimpali.
Berbeda dengan Raka yang terlihat cukup antusias, Reihan justru masa bodoh.
"Hmmm.." Reihan hanya berdehem untuk mempercepat pembicaraan mereka.
"Saya berdoa semoga kalian bisa cepat mendapatkan hidayah, sehingga bisa menjadikan Islam sebagai prinsip hidup kalian, bukan hanya sekedar hiasan KTP saja dan kalian juga, terutama kamu Reihan, bisa menghargai prinsip orang lain," jelas Rambo, ia mengambil jeda. "Kenapa perempuan harus menutup aurat, itu karena Allah yang memerintahkan, agar mereka terjaga, sehingga tidak ada yang mengganggu mereka. Seorang muslimah sejati akan menjadikan itu sebagai prinsip hidupnya, jadi tolong hargai, dia sedang berusaha untuk menjaga kehormatannya. Bukan hanya menutupi auratnya saja, bahkan menjaga agar jangan sampai bersentuhan dengan yang bukan mahramnya."
Bukan mahram? Reihan mengenang kata-kata itu pernah keluar juga dari mulut Reila.
"Oke, saya langsung saja, saya Bapaknya Reila, temen sekelas kalian," ucap Rambo pada akhirnya.
Reihan dan Raka sontak terbelalak, mereka sangat kaget, ternyata Bapak tua yang ada di depannya ini adalah ayahnya Reila.
"Jangan coba-coba lagi mencuri kehormatan anak saya atau perempuan lainnya, walau hanya sebatas memegang tangan, apa kamu mau ditusuk dengan besi panas?" Rambo menegaskan. Sementara Reihan dan Raka masih terbelalak.
Rambo bangkit dari duduknya. "Kalau kalian punya waktu, belajar Islam dengan saya di rumah saya, tinggal hubungi Reila saja." Itulah kalimat terakhir yang keluar dari mulut Rambo, karena ia langsung pergi meninggalkan Reihan dan Raka yang mulutnya masih menganga lebar.
Berjuta pertanyaan memenuhi kepala Reihan. Pria berwajah menakutkan ini adalah Ayahnya Reila?
Reihan dan Raka masih tak menyangka, bahkan sangat tak menyangka. Jadi, Reila mengadu pada ayahnya? Apa dia anak kecil? Hingga hal sekecil itu pun ia adukan pada ayahnya? Kekanak-kanakan! Itulah yang Reihan pikirkan tentang Reila sekarang.
"Jadi Bapak gondrong eta teh Bapakna si Lala. Eleuh..eleuh..." Raka berkomentar.
Reihan semakin penasaran dengan sosok Reila. Terlebih dia sampai didatangi oleh ayahnya. Reihan benar-benar akan memulai permainannya. Prinsip yang begitu Reila pegang kuat, semakin ingin Reihan patahkan.
Hampir semua cewek tertarik padanya, mantannya saja tidak terhitung, dimana-mana, cantik-cantik, seksi-seksi. Reihan memang pandai membuat cewek-cewek bertekuk lutut dihadapannya. Rayuannya, mampu membuat hati para gadis melayang ke angkasa. Reihan yakin Reila pun seperti itu.
Ia akan membuat Reila bertekuk lutut di hadapannya, tunggu saja!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Classmate
Fiksi RemajaOn going {Teenfiction~spiritual} Kelas 12 adalah kelas dimana anak SMA harus belajar sungguh-sungguh demi lulus sekolah. Menjadi sangat sibuk, kuis hampir tiap hari, melelahkan bukan? Bagaimana jadinya jika saat kamu kelas 12, kamu mendapatkan banya...