19

17 3 0
                                    

Hari mulai gelap. Matahari telah tumbang di kaki langit. Rombongan burung terbang di langit orange kehitaman, hendak pulang ke sarang. Cahaya yang menerangi desa pun mulai menipis.

Cesya membantu Niki membawa biji-biji coklat dan kopi yang telah kering dijemur seharian ke dalam rumah. Di dalam, lampu petromaks mulai dinyalakan oleh Leony. Cahaya lembut menyiram seluruh sisi rumah.

Di belakang, Cornia dan Nesya baru saja selesai memasak makan malam, mulai membereskan kuali dan panci yang kotor. Asap dari tungku tanah liat menyebar di atap karena tertiup angin. Membuat rumah seolah berkabut.

Sementara yang lainnya tengah sibuk mengantri di depan kamar mandi. Menyerukan yang di dalam agar mandi lebih cepat. Sehingga yang sedang mandi pun  balas berseru sebal menyuruh bersabar.

Desa mulai sepi. Pintu-pintu dan jendela mulai ditutup. Tinggal cahaya-cahaya obor yang dipasang di depan rumah menerangi jalan dengan cahaya remang. Noki melangkah gontai memasuki rumah, dengan membawa sebuah tas karung berisi penuh. Ia baru saja kembali dari menjual daging rusa hasil buruan tadi siang.

Melihat kakaknya yang sudah kelelahan, Niki bergegas ke dapur membuatkan segelas teh hangat. Dia selalu siap siaga tiap kali kakaknya membutuhkan sesuatu.

Noki meletakkan tas karung yang ia bawa di atas meja. Sambil membuka topi bundarnya, ia menjatuhkan diri di kursi rotan ruang depan itu. Badannya berkeringat kepanasan.

Dari dalam kamar, keluar Leony dan Cesya, ikut duduk bersama Noki. Wajah mereka menyiratkan rasa kasihan melihat Noki yang kelelahan.


"Itu apa, Noki?" tanya Cesya menunjuk tas karung di atas meja. Noki memperbaiki posisi duduknya, rasa gerahnya telah berkurang. "Tas itu berisi perlengkapan pakaian untuk kalian, aku beli dengan uang hasil menjual daging rusa tadi. Ku rasa kalian akan lama tinggal di sini, tentu kalian membutuhkan pakaian baru bukan?" jelas Noki sambil tersenyum. Wajah Leony dan Cesya berbinar seketika, senang bisa mendapatkan baju baru. Mengingat beberapa hari ini mereka selalu meminjam baju milik Niki.

"Benarkah?" tanya Cesya memastikan. Noki mengangguk ringan, "Buka saja". Tanpa disuruh dua kali, Cesya langsung meraih tas karung itu, membukanya. Ia sangat penasaran, pakaian seperti apa yang dibelikan Noki. Niki muncul dari dapur membawa secangkir teh hangat, meletakkannya di meja lantas ikut bergabung di kursi panjang.

" Wah.. Kak Noki bawa apa hari ini?" tanya Niki ingin tahu, ikut melongok ke tas yang sedang dibuka oleh Cesya. "Kakak membelikan baju baru untuk kak Leony, Cesya, Virga, Gemi, Cornia dan Nesya. Hasil penjualan daging rusa tadi lumayan banyak, jadi kakak belikan saja. Kakak juga membelikanmu sebuah baju hangat, Niki." jawab Noki. Mata Niki seketika ikut berbinar, "Waaah.. Terimakasih kak Noki!" seru Niki lantas ikut membantu Cesya mengeluarkan beberapa pasang baju dari tas karung. Ia sama antusiasnya dengan Cesya.


Tiba-tiba Leony yang sedari tadi hanya sibuk memperhatikan, teringat sesuatu. "Tapi.. Apakah ini tidak berlebihan, Noki? Kau sudah susah-susah memburu rusa, menjualnya di pasar. Lantas membelikan kami semua pakaian ini dengan hasil penjualannya. Padahal, kami tidak sedikit pun membantu, justru lebih sering membuatmu kesulitan saat berburu. Kau tentu juga membutuhkan uangnya untuk kebutuhanmu dan Niki bukan?" tanya Leony. Cesya yang sibuk memilih-milih baju juga ikut menoleh ke Noki, gerakan tangannya terhenti. "Iya Noki, semua pakaian ini tentu membutuhkan uang yang banyak bukan?" Cesya ikut menambahkan. Noki hanya menggeleng ringan, lantas tersenyum. "Itu tidak masalah.. Kebutuhanku dan Niki sudah cukup terpenuhi dengan penjualan hasil kebun. Justru kalianlah yang sangat membutuhkan pakaian sekarang. Tenang saja, kalian tidak pernah menyusahkanku. Malahan, baru kali ini aku bisa mendapat hasil buruan lebih banyak dari biasanya. Itu berkat kalian yang ikut membantuku berburu. Dan siapa sangka jika hasil buruan itu juga laku habis di pasar. Itu sungguh sebuah keberuntungan. Dan mungkin saja itu juga karna kalian" jelas Noki. "Benar kak Leony, kak Cesya. Niki juga senang kalian tinggal di sini. Kalian tidak pernah menyusahkan kami. Justru Niki sangat senang jika kalian tinggal di sini, Niki jadi punya teman" Niki ikut membenarkan. Leony dan Cesya menghembuskan napas lega. Mereka berdua merangkul bahu Niki. "Terimakasih ya..". Mereka bertiga saling berangkulan erat dan tersenyum.


" Hei, kalian sedang apa?" tanya Nesya yang muncul dari belakang bersama Cornia, Virga dan Gemi. Mereka baru selesai mandi dan beres-beres dapur. Ikut bergabung di kursi panjang.

"Kita dapat baju baru! Dibelikan oleh Noki" Cesya semangat memberi tahu. Menunjukkan pakaian-pakaian yang menumpuk di atas meja. "Sungguh? Wah.. Terimakasih Noki..! Kau baik sekali!" seru Gemi yang langsung mengambil pakaian di atas meja. Mencari yang sesuai untuknya. "Aku juga mau.." ucap Virga, ikut meraih baju-baju itu, rebutan dengan Gemi.


"Tenang saja, kalian semua pasti kebagian. Aku membelikannya satu pasang untuk kalian semua" jelas Noki sambil terkekeh melihat Gemi dan Virga yang bertengkar memperebutkan baju yang sama. Sebuah baju terusan berlengan panjang berwarna coklat tua dengan jahitan renda di bawahnya, berwarna coklat terang.


"Astaga! Kau tidak membelikan kami semua gaun seperti itu kan, Noki? Ku rasa aku tidak akan cocok memakainya" tanya Nesya cemas. Ia tidak pernah suka memakai rok ataupun gaun. Karakternya yang sangat pandai bela diri, tidak akan pernah cocok bila memakai pakaian feminim. "Ahahah kurasa sudah saatnya kau belajar menjadi sedikit feminim, Nesya" tukas Cornia. Mereka semua tertawa kecuali Nesya yang melotot sebal pada Cornia, berniat hendak memiting.

Fighting dreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang