1

129 10 4
                                    

Asap api unggun yang menyala di halaman belakang rumah Leony membubung tinggi tertiup angin. Langit malam cerah dengan purnama benderang menggantung di langit. Juga taburan bintang-bintang di sekelilingnya. Dengan sinar bulan seterang itu, tanpa menyalakan api unggun pun lingkungan sekitar akan tetap terlihat. Cuaca amat bersahabat, angin hanya bertiup sepoi-sepoi. Tak terlalu dingin jika menghabiskan waktu di luar rumah menatap bintang gemerlap.

Tak jauh dari api unggun yang menyala besar, berdiri dua tenda berbentuk limas. Di halaman yang cukup luas ini, Leony bisa leluasa berkemah atau bahkan mengadakan pesta kecil-kecilan bersama teman. Di depan tenda, gadis itu duduk melingkar bersama lima sahabat baiknya, yang tengah asyik membumbui ayam yang hendak dibakar untuk makan malam di perkemahan kecil-kecilan ini. Lima orang itu adalah Cornia, Gemi, Cesya, Virga dan Nesya. Sahabatnya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Hingga saat ini, ketika mereka telah menamatkan sekolah, Leony, Cornia, Virga dan Cesya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sementara Gemi dan Nesya lebih memilih untuk langsung bekerja, persahabatan mereka masih sama eratnya seperti awal berteman dulu.

Meski sibuk dengan aktivitas masing-masing, mereka tetap menyempatkan diri untuk berkumpul. Entah itu saat libur panjang seperti akhir tahun atau hanya libur nasional. Bahkan jika sama-sama tak ada kesibukan, akhir pekan mereka sempatkan untuk berkumpul di rumah salah seorang dari mereka. Menghabiskan waktu untuk bercerita betapa melelahkan dan sibuknya aktivitas mereka sepanjang hari.

Seperti hari ini misalnya, libur panjang akhir tahun, mereka langsung memanfaatkannya untuk berkemah. Ide yang dicetuskan Cesya sebab bosan hanya berkumpul seperti biasanya. Yang lainnya setuju, kecuali Gemi yang memang tidak terlalu suka aktivitas outdoor, mau tidak mau tetap mengikuti meski sedikit enggan. Justru saat ini ialah yang paling sibuk mengolesi potongan ayam dengan bumbu, seolah dialah kokinya. Padahal jelas yang menyiapkan ayam dan bumbu itu adalah Leony dan Cesya, dua gadis yang terkenal pintar memasak.

Cornia lebih tertarik mengawasi api unggun, sambil sesekali menikmati taburan bintang di angkasa.  Tiupan angin menggoyang poninya yang mulai panjang. Sementara Virga dan Nesya hanya duduk memperhatikan, bukan karena tak ingin membantu melainkan mereka tidak begitu paham soal masak-memasak. Apalagi Nesya, si gadis tangkas yang jauh lebih tertarik dengan dunia silat, karate, tae kwondo dan bela diri lainnya ketimbang memasak. Membedakan mana jahe mana lengkuas saja ia tidak bisa.

"Nah, ayamnya sudah selesai. Waktunya dibakar!!" seru Gemi riang membawa potongan ayam ke api unggun yang telah menyisakan banyak bara. "Loh, bukankah tadi kamu yang tidak berminat untuk ikut kemah, Gemi? Lantas, kenapa sekarang justru kamu jadi yang paling heboh? Lagi pula, yang menyiapkan ayam itu 'kan aku dan Leony, bahkan sejak sore tadi," tanggap Cesya pura-pura protes, yang sesungguhnya hanya bercanda.


"Kamu ini bagaimana? Tadi sibuk memaksaku ikut berkemah, sekarang giliran aku berniat membantu, malah diprotes," dengus Gemi. Sementara yang lain hanya menahan tersenyum sambil geleng-geleng kepala. "Sudahlah Cesya, biarkan saja Gemi bersenang-senang," timpal Leony.

***

Mereka berenam duduk mengelilingi api unggun dengan perut kenyang. Baru saja menandaskan menu makan malam ayam bakar lezat dengan sepiring nasi plus sambal pedas dan lalapan. Untuk lalapan dan sambal ini, Leony-lah yang khusus menyiapkannya. Gadis itu tak bisa makan tanpa dua hal itu. Semua potongan ayam menyisakan tulang, tandas. Kecuali teh manis hangat yang masih tersisa seperempat teko.

Seperti biasa, ini adalah sesi bercerita. Kegiatan rutin yang mereka lakukan setiap berkumpul. Mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam tanpa bosan. Namanya perempuan, kalau sudah berkumpul suka lupa waktu.

"Bagusnya liburan kali ini kita kemana? Mumpung aku punya cuti dua minggu." Gemi membuka pembicaraan.

"Aku terserah kalian saja, sebab aku punya waktu sebulan untuk berlibur sebelum kembali kuliah." Virga nyengir.

"Aku juga." Kali ini Cornia yang bersuara.

"Bagaimana kalau ke pantai? Tampaknya cuaca akan sangat cerah beberapa hari ke depan," usul Cesya.

"Sudah biasa, Cesya ... aku bosan," ujar Nesya yang sibuk menangkapi nyamuk yang mengerubunginya. Ia benci sekali dengan makhluk kecil penghisap darah itu.

"Nesya benar. Aku ingin liburan yang berbeda," imbuh Leony sambil melempar sepotong kayu ke api.

"Aku sepertinya punya usul yang bagus untuk itu," ucap Cornia tiba-tiba, membuat semua temannya menoleh ingin tahu.

"Bagaimana kalau kita ... mendaki?"

Fighting dreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang