26

33 4 0
                                    

Malam menjelang. Rasa antusias berbelanja di pasar desa siang tadi kini telah berganti jadi rasa tegang. Berdebar-debar menunggu matahari terbit. Menduga-duga apakah perjalanan besok akan berjalan lancar?

Tadi siang mereka pulang persis saat matahari sejajar dengan kepala. Cornia dan Leony berpisah di jalan, mengunjungi Ran sebelum besok mereka pergi. Hendak berpamitan. Sementara yang lainnya terus melanjutkan langkah pulang.

Sesampai di rumah, mereka dikejutkan oleh ransel-ransel besar yang telah disiapkan oleh Noki dan Jo. Ransel-ransel perbekalan yang hampir mirip tas-tas untuk pergi mendaki, hanya saja lebih simpel. Semuanya berjejer rapi di ruang depan.

Semua perbekalan sudah diurus dengan sangat sempurna oleh Noki dan Jo. Hanya tinggal menyiapkan diri masing-masing.

Niki yang berbaring di dekat Gemi, menarik selimutnya hingga leher. Malam ini, ia sengaja meminta untuk tidur bersama enam bersahabat itu. Mengingat besok mereka semua akan pergi, sedangkan ia tidak bisa ikut. Kondisinya tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh. Selama mereka pergi, Vu lah yang akan menemani sekaligus menjaganya di rumah.

Meski awalnya Niki berkeras ingin ikut, namun setelah Vu membujuknya, juga Jo yang akan ditugaskan menjaga ladang dan kebun selama mereka pergi, Niki akhirnya menurut.

"Kau belum tidur, Niki?" tanya Gemi. Niki menoleh, "Aku tidak bisa tidur"

"Aku juga tidak bisa tidur" Virga di sisi kirinya tiba-tiba saja bangun, membuat dipan berderit. Berikut menyusul Cornia, Nesya dan Leony yang ikut bangkit. Mereka juga tidak bisa tidur, hanya berbaring memicingkan mata dari tadi sementara pikiran melayang kemana-mana. Hanya Cesya yang tampaknya lelap sekali, mendengkur pelan.

"Aku tidak sabar menunggu besok" sahut Nesya.

"Benar, aku juga. Aku penasaran perjalanan kita mencari buku tua itu akan seperti apa" celetuk Leony. Tiba-tiba saja jiwa petualangnya kembali muncul.

Mereka melewati sisa malam dengan bercerita. Sekaligus menghibur Niki. Menceritakan bagaimana keseharian mereka di dunia mereka dulu. Di masa depan. Niki sampai terkagum-kagum saat mendengarkan celotehan Cesya tentang artis Korea yang keren-keren. Maklum, dia satu-satunya pecinta Korea di antara mereka berenam. Leony antusias bercerita tentang betapa canggih teknologi di masa depan. Gemi yang bercerita tentang beragam model pakaian yang sangat menarik dan berbagai warna. Tidak hanya berwarna coklat. Cornia yang bercerita tentang hobinya menulis, mengoleksi novel-novel penulis favoritnya, juga tentang lagu-lagu favoritnya. Ia bahkan juga menyanyikan sebuah lagu kesukaannya untuk Niki.

Dan terakhir, Nesya. Ia tak kalah antusiasnya menceritakan tentang semua jenis dan teknik bela diri. Bagaimana ia dulu selalu memenangkan pertandingan. Yang hanya ditanggapi oleh kuapan lebar teman-temannya. Cerita Nesya ampuh sekali mengundang rasa kantuk.


***


Pagi yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Matahari terbit dengan cerahnya, seprti ikut mendukung perjalanan mereka hari ini. Cesya langsung berhamburan dari kasur menuju kamar mandi begitu menyadari hari sudah pagi. Ia bersungut-sungut saat melihat semua orang sudah bersiap-siap, berkumpul di meja makan menunggu sarapan pagi dihidangkan Virga dan Leony. Kenapa tidak ada yang membangunkannya?

Waktu sarapan dilewati lebih lama dari biasanya. Tidak ada yang benar-benar bernafsu menelan nasi dan ikan goreng yang meski sangat mengundang selera. Seenak apa pun makanan, tidak akan pernah terasa lezat di lidah orang-orang yang akan pergi. Apalagi bagi orang yang akan ditinggalakan.

Vu sampai saat mereka semua telah bersiap-siap pergi. Setelah menyampaikan beberapa pesan, Noki dan enam bersahabat itu berpamitan. Memeluk Niki bergantian. Juga menyalami Vu dan Jo.

Fighting dreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang