31

27 2 2
                                    

Suara api yang bergemeretuk melahap kayu bakar menarik Cornia kembali ke alam sadarnya. Ia perlahan-lahan membuka mata, mengerjap-ngerjap. Suasana remang-remang menyapa pengelihatannya pertama kali. Juga suara-suara serangga hutan dan kodok yang memekakkan telinga.

Poni panjangnya jatuh menutupi mata, membuat matanya menyipit. Ia menggerakkan tangan untuk menyingkirkan poni itu dari matanya, tapi, "Eh," ia tak bisa menggerakkannya karena ternyata badan dan tangannya terikat erat ke pohon dalam posisi berdiri.

"Akhirnya kau sadar juga, Cornia" terdengar suara Nesya berseru. Cornia menoleh, mencoba menepis poninya dengan menggerakkan kepala. Ia terkesiap begitu melihat ternyata seluruh temannya juga terikat ke pohon yang membentuk lingkaran mengelilingi api unggun besar. Ada empat batang pohon yang kosong. Jaraknya hanya satu meter tiap pohon. Eh, tapi Noki dimana?

"Kita dimana? Kenapa bisa terikat begini?" Cornia berseru cemas.

"Aku tidak tahu kenapa, tapi ku yakin ini adalah ulah Si Kepala Suku licik itu!" Leony, yang terikat di pohon seberangnya, berseru marah.

"Maksudmu?"

"Iya, kami semua terkejut saat bangun tadi ternyata sudah terikat begini, dan tiba-tiba pelayan Si Kepala Suku itu datang untuk menghidupkan api. Dia tidak bilang apa-apa saat kami berteriak minta tolong dilepas" Nesya yang terikat persis di sebelah kanan Cornia menjelaskan.

"Benar, kita sudah terikat dari tadi siang di sini. Hanya kau saja yang pingsan terlalu lama" Virga yang berada di sebelah Leony menambahkan.

"Tapi, kenapa dia mengikat kita begini? Memangnya apa salah kita?"

"Aku tidak tahu, tapi ku rasa ini pasti ada hubungannya dengan percakapannya dengan anaknya si hitam itu yang kita dengar kemarin" Leony mendengus.

"Kalian mendengar apa? Kenapa kalian tidak menceritakannya pada kami?" Gemi menyelidik. Ia terikat di sebelah Virga dan Nesya.

"Kami hanya mendengar ia dan anak gadisnya yang hitam itu ribut. Entah sedang membahas apa. Kami hanya sempat mendengar kalau Si Kepala Suku itu membujuk anaknya untuk membantunya menjalankan rencananya, yang entah rencana apa.. Dan Nula yang menyebut-nyebut Zery, pengganti Zery.. Entahlah apa maksudnya.. Yang jelas Zery itu nama kuda miliknya, kan?.." Leony berhenti sejenak mengambil napas, "Nah.. Karna kami mengira itu urusan mereka yang entah apa, tidak ingin mencampuri urusan mereka yang kami kira itu tidak ada hubungannya dengan kita, jadi kami diam saja. Tidak memberitahu. Siapa sangka akhirnya jadi begini"

"Pantas saja dari awal aku merasa agak aneh dengan kebaikan mereka. Kita kan orang asing, tapi kenapa mereka memperlakukan kita begitu baik sampai menyediakan kita tempat beristirahat dan makanan segala? Kalian tahu sendiri, bukan? Tidak ada yang gratis di dunia ini? Dia pasti melakukan itu karena ada maunya" Nesya berasumsi.

"Apakah kabar yang ia sampaikan tentang banjir di perkampungan seberang itu juga tidak benar? Aneh saja rasanya jika di seberang terjadi hujan deras dan badai sementara disini panas terik" Cesya yang sejak tadi hanya diam, ikut bersuara di samping kiri Cornia.

"Ku rasa kau benar. Pasti itu hanya tipuannya agar kita tidak jadi pergi, dan mereka bisa menjalankan rencananya pada kita, yang entah apa tapi itu pasti bukanlah rencana yang baik" Nesya menarik kesimpulan.

"Tapi, Noki ada dimana?" Cornia kembali bersuara setelah lengang sejenak.

"Itu juga yang membuat kami heran dari tadi. Kami tidak tahu Noki dimana dan kenapa hanya kita yang diikat disini. Aku takut telah terjadi sesuatu padanya" jelas Leony. Cornia menghembuskan napas, kalau terjadi sesuatu pada Noki, maka semuanya akan semakin kacau.

"Kau ini manis sekali, Leony.. Pasti kau sangat mencemaskan Noki sekarang" Virga berceletuk polos namun langsung tertunduk begitu Leony mendelik padanya. Bocah yang satu ini benar-benar tidak tahu situasi! Dalam masalah seperti ini ia masih saja mencoba menggodaku! Leony membatin.

Fighting dreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang