30

33 3 18
                                    

"Aku lelah, Ayah.. Baru sejam yang lalu aku selesai berlatih menunggangi Zery, sekarang Ayah memintaku menemani mereka berkeliling! Bukankah ada Zul dan penjaga yang lain, yang bisa menemani mereka?" Nula mendengus sebal, karena berkali-kali dipaksa oleh ayahnya untuk menemani Noki dan yang lainnya berkeliling perkampungan. Ia memaksa Noki dan yang lainnya untuk tinggal semalam di perkampungan mereka, lantas besok pagi baru kembali melanjutkan perjalanan.

"Uhuu!! Ayolah, Nak.. Apa susahnya menemani mereka berkeliling? Kau tahu sendiri Zul juga punya pekerjaan. Hanya kau yang memiliki banyak waktu untuk memperkenalkan perkampungan kita pada mereka. Hanya menemani berkeliling, nanti kalau sudah selesai juga kau bisa beristirahat selama yang kau mau" Si Kepala Suku terus membujuk putrinya dengan lembut.

"Uhuu!! Uhm.. Jika Putri Nula tidak bisa menemani kami, biar kami saja yang berkeliling perkampungan, Kepala. Itu tidak masalah" Noki yang dari tadi hanya diam, ikut bersuara. Merasa tidak enak.

Si Kepala Suku dan Nula menoleh.

"Uhuu!! Benar, Kepala. Kami bisa pergi sendiri.. Nanti kami juga bisa bertanya pada penduduk sini" Nesya meyakinkan.

Si Kepala Suku menghela napas pelan, dia hendak berkata namun lebih dulu dipotong oleh putrinya. "Uhuu!! Baiklah, aku akan menemani kalian. Tapi dengan satu syarat..." Nula menatap Noki dengan senyum yang sulit diartikan.


***


Mereka bertujuh, dipandu Nula, mulai menyisiri perkampungan. Noki berjalan di samping Nula yang sibuk menjelaskan ini itu. Apapun yang mereka lalui. Sementara yang lainnya mengikuti di belakang.

"Uhuu!! Nah.. Itu kandang kuda perkampungan kami, Noki! Ayahku pemiliknya. Aku juga punya kuda milikku sendiri, namanya Zery. Dia kuda yang amat tangguh! Dan.... Juga tampan... Sepertimu" Nula menatap Noki, tersenyum genit. Tangannya bahkan santai sekali menggandeng lengan Noki. Membuat Noki sedikit bersemu.

"Mana ada kuda yang tampan? Apa matanya itu katarak? Tidak bisa membedakan mana kuda dan mana manusia?! Dasar genit! Noki juga bodoh sekali, mau-maunya disamakan dengan kuda!" Leony yang berjalan dua langkah di belakang mereka, mendengus. Yang benar saja, sejak mulai meninggalkan rumah Kepala Suku tadi, Nula tak henti-hentinya menempel pada Noki. Sementara mereka berenam hanya dibiarkan berjalan di belakang, menyaksikannya merangkul atau menggandeng lengan Noki sambil menatap genit. Menjadikan mereka kambing congek. Kalau tau begitu, mending mereka pergi sendirian saja, tidak usah ditemani! Batin Leony bersungut-sungut sepanjang jalan.

"Menurutku dia biasa saja, Leony. Mungkin hanya bergurau tentang kudanya yang tampan. Kau saja yang cemburu karena dia terus mendekati Noki" Nesya berbisik, menatap Leony dengan seringaian menggoda.

"Apa kau bilang?!" Leony melotot. Hampir saja menjitak dahi Nesya. Meleset, Nesya buru-buru menghindar, mundur hingga menabrak Virga dan Gemi yang berada persis di belakangnya. Membuat rusuh.

"Aduh! Kau menginjak kakiku!" Virga berseru, mengelus ujung kaki.

"Kau ini kenapa, Nesya?! Main tabrak saja! Tidak lihat kami berjalan di belakangmu?!" Gemi berseru galak.

"Eh, maaf" Nesya salah tingkah. Menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Rasakan!" Leony tergelak. Cornia dan Cesya yang berjalan paling belakang ikut terkikik pelan, mereka tidak tahu apa masalahnya, tapi melihat muka polos Nesya yaang dimarahi Gemi membuat mereka ikut tertawa.

"Uhuu!! Sedang apa kalian di situ? Kenapa berhenti?" Nula dan Noki yang sudah lima langkah meninggalkan mereka, menoleh heran. Noki lega karena Nula melepaskan genggamannya dari lengannya.

Fighting dreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang