38

31 3 20
                                    

Mentari pagi bersinar cerah. Cahayanya menerabas masuk melalui celah-celah jendela. Sepagian ini, Cornia dan Leony sudah rusuh membangunkan Virga, Nesya dan Cesya yang masih enak-enaknya mendengkur di lantai kamar. Mereka memang tidak bisa tidur setelah Nesya tersentak dari mimpi semalam, bercerita tentang dimana Gemi sekarang, bagaimana keadaannya. Tapi itu sama sekali bukan alasan bagi mereka untuk bisa bangun kesiangan. Kalau Leony saja bisa bangun pagi, lalu apa bedanya dengan mereka?

"Oi..! Bangun...!! Satu jam lagi waktunya kita latihan..!!!" Leony menarik-narik selimut yang membungkus seluruh tubuh Nesya seperti kepompong, menggoyang-goyang bahu Virga dan menepuk pelan pipi Cesya yang tengah menggumamkan sesuatu. "Kheriphik... shinhkhong... hmm... rhasha.... Bebhekh..mm.." igaunya.

Leony menepuk jidatnya kesal. "Kalau begini tidak ada tanda-tanda mereka akan bangun.." keluhnya. Sementara Cornia justru cekikikan.

"Kenapa kau malah tertawa, Cornia? Harusnya kau ikut membantuku membangunkan mereka..!" seru Leony jengkel. Bukannya membantu, malah tertawa tidak jelas. Menyebalkan! Batinnya.

"Astaga... Kenapa kau jadi pemarah sekali sepagian ini, Leony? Kau tidak dengar bagaimana lucunya racauan Cesya barusan? Keripik singkong rasa bebek?.." tawa Cornia pecah, membuat Leony mendengus sebal. Lucu apanya?!

Melihat Leony memberengut sebal, Cornia pun akhirnya menghentikan tawanya. "Kau tunggulah disini, aku tahu caranya membangunkan mereka. Tunggu sebentar" berlalu keluar kamar.

"Baguslah. Jadi aku tidak perlu repot-repot membuang tenaga membangunkan ketiga kebo betina ini" dengus Leony, duduk di tepi ranjang sambil menyisir rambutnya yang masih basah sehabis keramas.

Semenit berlalu, Cornia kembali dengan seember air beserta piring dan sendok. Membuat Leony terheran-heran.

"Kau... Mau apa?,,"

"Sssst...! Kau diam saja, perhatikan saja apa yang akan ku lakukan" bisik Cornia dengan senyum jahil.


Langit-langit dapur dipenuhi asap mengepul dan aroma lezat makanan. Niki tengah menjerang sup, sementara Bu Sarah sibuk menyendok nasi ke bakul.

"Tolong masukkan garamnya, Niki. Juga, masukkan kaldu ayam dan tambahkan sedikit merica"

"Baik, Bu." Niki meraih botol garam yang tersusun rapi di rak bumbu, membuka tutupnya hendak menuang, hingga tiba-tiba...

"BANJIR...!! Ada BANJIIRR.......!!!!!" Diikuti suara guyuran air beserta pukulan sendok dan piring yang berasal dari lorong depan, barisan kamar tidur. Hal itu sontak membuat Niki terlonjak kaget hingga tak sengaja menumpahkan seperempat botol garam ke panci sup.



"BANJIIIIR.....!!! Ada BANJIIIR.....!!!" teriakan itu serta merta membuat Noki yang sedang mandi, berhamburan keluar dari kamar mandi dengan kepala penuh busa. "Dimana?... Dimana banjirnya?!!" ikut berseru-seru panik. Lupa kalau dia tidak mengenakan apapun kecuali boxer lusuh untuk mandi. Untung tidak ada yang melihat.



Suara teriakan gaduh itu juga sampai ke kamar Key.

"BBANJIIIIRRRR........!!!"

"Berisik!" gumam Key, menutup telinga dengan bantal rapat-rapat dan melanjutkan tidur.



"Kau kenapa, Virga? Tampaknya kurang bersemangat hari ini? Apa kau sakit?" tanya Cornia santai. Mereka sekarang sudah berkumpul di tepi lapangan, menunggu Rudi, Key dan dua kawannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fighting dreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang