33

37 3 14
                                    

Cesya jatuh terduduk di hamparan buku yang berserakan. Badannya sudah sangat lelah, pinggang sakit, peluh mengucur. Istirahat sebentar tidak apalah, nanti dilanjutkan lagi.

Ia meraih sembarang buku, mengibas-ngibaskan ke leher. Di ruangan perpustakaan itu tidak ada kipas angin, jendelanya kaca semua, tidak bisa dibuka, ventilasi juga kecil-kecil sekali. Terasa sekali gerahnya di dalam ruangan itu.

Saat asik mengipas-ngipas, matanya tak sengaja menangkap sesuatu di bawah tumpukan buku. Memang buku juga, tapi tebal sekali, dari setengah bagiannya yang terlihat, tampak sampulnya sangat menarik. Seperti dibuat dari kulit kayu dan ada akar-akarnya yang meliuk-liuk menghias pinggirannya. Tangannya bergegas mengambil buku itu, matanya seketika berbinar begitu buku itu ada dalam genggamannya.

"Teman-teman....!! Aku menemukan bukunyaaa....!!" teriakan melengking Cesya cepat sekali menarik perhatian teman-temannya. Sedetik kemudian sudah berhamburan teman-temannya dari balik rak. Noki saja yang berada di rak paling ujung sampai tergopoh-gopoh berlari saking senangnya mendengar teriakan barusan.

"Mana? Mana bukunya?" Gemi bertanya antusias, napasnya tersengal karena tadi juka ikut berlarian dari barisan rak seberang ruangan. Semua wajah-wajah terkejut, lega dicampur riang, menatap Cesya lekat.

"Ini" Cesya menjulurkan buku tebal itu dengan bangga. Leony yang berada di sebelah Gemi segera meraihnya. Membaca judulnya. Hening sejenak. Kepala-kepala ingin tahu menyembul dari balik pundak Leony.

Leony menghela napas, "Huh.. Ini bukan bukunya Cesya! Kau salah mengambil buku. Judulnya The Fighter, bukan The Brighter.." Leony kembali menjulurkan buku itu, wajahnya masam. Nesya menepuk dahi. Gemi mendengus sebal. Noki bahkan melepas topinya, terlanjur senang tadi.

Cesya nyengir, menggaruk kepala. Dia memang tidak terlalu memperhatikan tadi. Waktu melihat ada tiga huruf terakhir judul buku itu, ia sudah keburu senang. Menyangka itulah buku yang dicari. Buru-buru berteriak memanggil yang lain.

Dengan wajah sebal, mereka semua bubar kembali ke pekerjaan masing-masing. Hari sudah beranjak siang dan buku itu masih belum ditemukan.

Dua jam lagi berkutat dengan buku-buku, tak membuat semangat mereka surut. Semua buku yang berserakan sudah kembali rapi di rak. Mereka tinggal melanjutkan pekerjaan memeriksa tiap judul buku.

Gemi cekatan meneliti setiap sampul buku, seolah tak terpengaruh oleh rasa pegal di kaki dan pinggangnya dari tadi. Sambil sesekali menyeka peluh di dahi. Tetap fokus pada barisan-barisan rak buku yang ke sekian.

"Teman-teman...! Aku sudah menemukan bukunya..!" terdengar suara Cesya dari ujung ruangan. Gemi berhenti sebentar menoleh.

"Kau sudah memeriksanya, Cesya? Sudah pasti itu bukunya? Nanti kau salah ambil buku lagi" terdengar suara Leony beberapa rak darinya berseru.

"Iya, kami sudah lelah sekali menyusun buku, masih banyak rak yang belum diperiksa. Nanti hanya lelah-lelah saja menghampirimu seperti tadi" Virga dari rak bagian kiri menimpali.

"Tidak! Aku tidak salah mengambil buku. Ini benar bukunya, The Fighter!" Cesya berseru kencang. Hanya dalam satu detik, mereka semua sudah kembali berhamburan menuju rak Cesya. Tergopoh-gopoh, tak peduli hampir bertabrakan satu sama lain.

"Mana bukunya?" Nesya yang tiba lebih dulu berseru antusias, tak peduli liurnya muncrat kemana-mana. Gemi lemudian menyusul di sebelahnya, menubruk Nesya.

"Aduh, hati-hati, Gemi!" Nesya bersungut-sungut. Gemi mana peduli, lebih tertarik melihat buku tua tebal yang ada dalam genggaman Cesya itu. Leony dan Cornia datang sedetik kemudian, wajah mereka kacau sekali, berkeringat, rambut terikat kusut. Kemudian yang terakhir, menyusul Noki dan Virga dengan wajah tak kalah kusutnya.

Fighting dreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang