37

35 3 9
                                    

"Taraaa....!! Menu makan malam sudah siaaap...!!" Cesya, bak seorang koki profesional menyambut tamunya, membentangkan tangan menyilakan semua orang duduk di meja makan. Termasuk Bu Sarah dan Niki yang tadi dilarangnya untuk membantu. Piring, sendok, gelas-gelas berisi teh hangat tanpa gula sudah tersusun rapi di depan kursi masing-masing. Di tengah meja, terhidang kerupuk, bawang goreng, daging ayam yang telah disuwir dan yang paling penting, menu utama makan malam dalam panci besar yang masih tertutup, tampak masih sedikit berasap. Semua orang duduk di kursi masing-masing setelah sibuk saling lirik dan berbisik-bisik menebak makanan apa yang ada di dalam panci besar.

"Silakan diminum tehnya.. Aku akan menghidangkan makan malam istimewanya untuk kalian semua" Cesya, sekali lagi bergaya seolah koki restoran bintang lima, menyilakan semuanya minum dengan ekpresi penuh ceria. Tangannya mulai bergerak mengangkat tutup panci, uap hangat dan aroma lezat makanan menguar memenuhi langit-langit ruangan. Virga dan Nesya yang karena saking penasarannya, sampai berdiri untuk melihat isi panci.

"Kau membuat........ bubur?" Virga yang pertama kali berkomentar. Nesya bahkan masih menatap isi panci yang berwarna hijau kekuningan itu lamat-lamat. Cornia dan Niki ikut menegakkan badan, melihat. Sementara Leony, justru membelalak kaget mendengar tuturan Virga barusan. Bubur? Astaga! Tidak adakah makanan lain selain makanan lembek menggelikan itu? Mendengarnya saja sudah membuat selera makannya hilang seketika.

"Yap! Betul sekali...! Aku membuat bubur bayam dicampur wortel dan kentang! Sesuai resep yang ada di bungkusan kopi dari Kakek Kiman kemarin!" Cesya tersenyum lebar, merasa berhasil membuat semua temannya terkejut dengan masakannya malam ini. Masalah resep itu, ia dapatkan dari bungkusan pemberian Kakek Kiman yang disimpan Leony. Hanya tiga lelaki di rumah itu (Key, Noki dan Jo) yang tampaknya biasa saja.

"Wah... Jadi Cesya membuat bubur dengan resep spesial ya?.. Kebetulan sekali Ibu sudah lama tidak makan bubur, pasti lezat! Sudah tercium dari aromanya..." Bu Sarah ikut berkomentar, membuat Cesya jadi tersipu.

"Jadi ini yang kau rahasiakan sampai-sampai mengusirku dari dapur tadi?" Virga melirik sebal, kembali duduk. Begitu pula Nesya. Cesya balas nyengir, "Maaf.. aku kan hanya ingin memberi kejutan"

"Eh, tunggu dulu. Bukankah bubur Kakek Kiman warnanya tidak seperti itu?" Cornia ikut berkomentar, teringat sesuatu.

"Memang benar. Tapi, yang ini hasil kreasiku sendiri, termasuk dengan daging ayam dan kerupuknya" jelas Cesya, tangannya mulai menyendok bubur ke dalam piring-piring, menghidangkan piring pertama untuk Bu Sarah.

"Cesya, adakah menu makan malam yang lain?" Leony akhirnya bersuara, membuat yang lainnya ikut menoleh.

"Eh, tidak Leony.. aku hanya memasak bubur ini" Cesya menggeleng pelan. Leony ber-puh pelan, "Kau kan tahu aku tidak toleran dengan segala jenis bubur..."

"Tenang saja.. bubur yang ini enak, kok! Juga dibuat dari sayur-sayuran, jadi nikmati saja.. pasti kau suka" Cesya tersenyum lebar, kembali melanjutkan menyendok bubur. Leony menatap malas piring bubur yang berwarna hijau kekuning-kuningan dengan tambahan daging ayam dan kerupuk di hadapannya. Bubur itu terlihat seolah mengeluarkan asap hijau seperti racun yang siap mengaduk-aduk isi perutnya.

Makan malam berlangsung nikmat. Cesya tidak berbohong, bubur buatannya memang lezat bahkan lebih lezat dari buatan Kakek Kiman. Leony pun mulai menikmati isi piringnya meski awalnya ogah-ogahan melahapnya.

"Nah... Bagaimana, Leony? Sedap bukan?" Cesya bertanya di sela kunyahannya.

Leony mengangkat wajahnya dari piring, "Mau rasanya selezat apapun, kalau yang namanya bubur tetap saja menggelikan" menyahut datar.

"Ah, kau ini! Selalu saja begitu! Mengaku saja kalau buburku memang lezat, kan? Kan, kan?" Cesya mendesak.

Leony balas menatap datar, "Terserah kau saja"

Fighting dreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang