part 15

9.2K 413 9
                                    

Nafisa  ingin jalan-jalan dia bosan  jika harus seharian  di kamar.  Bunda serta ayah mertuanya tidak datang berkunjung  membuat pikiran nafisa  seudzon .

Saat ini Nafisa  ditemani  oleh mamanya ke taman .

"Mama ,bunda nggak ke sini ?" Tanya Nafisa.
"Mungkin mereka sibuk fis,kan udah ada mama yang jagain " Dina mencoba mengalihkan  perhatian  Nafisa.

Nafisa  menghirup  udara dalam-dalam tampak ada yang disembunyikan  oleh mama sambungnya ini .

"Afis  pusing ?" Tanya Dina ,melihat Nafisa  memejamkan  matanya.

"Nggak ma " Nafisa  kini bersandar di bangku  taman rumah sakit. 

"Mama beli minum dulu ya ,afis di sini aja " dina berjalan menuju kantin rumah sakit.
Seorang anak kecil memakai kursi roda  menghampiri  Nafisa .

"Kakak cantik juga sakit ?" Tanya anak itu pada Nafisa  . Nafisa  mengangguk .

"Cepat  sembuh ya kak " doa nak itu .
"Aamiin " jawab Nafisa.

Ratu wajah anak itu tampak sedih, Nafisa  bisa merasakannya  walau hanya melihat  tatapan  matanya.

"Adik namanya  siapa ?"  Bocah kecil itu tersenyum .

"Furiha  kalau kakak ?" Tanya bocah cilik bernama furiha  itu .

"Wah namanya hampir sama ya furiha  dan Huria  tapi itu nama depan kakak sih . Kamu cukup panggil kakak Afis " nafisa  mengusap lembut kepala bocah  itu .

"Apa ?kak pipis? " bocah ini membuat nafisa bengong nama bagus-bagus kok jadi pipis.
"AFIS ,furiha" nafisa  menekan setiap kata .
"Kakak kok  nggak pakai kerudung? " tanya furiha.
"Kakak belum siap furi " jawab Nafisa.

"Masa sih kalah sama furi. Furi aja pakai kerudung  pas masih taman kanak-kanak  "

"Mana mama furi? " tanya nafisa setelah lama mengobrol  belum ada kedatangan seorangpun  keluarga furiha. 
"Kata papa ,mama di surga . Aku tanya surga  ada dimana papa bilang jauh  kalau mau ke surga furiha mesti kumpulin amal yang banyak , berbuat baik dan tolong menolong . Terus kata papa furiha juga harus rajin sholat " ternyata mama furiha  telah meninggal. 
Membuat Nafisa  menitikkan  air  matanya dia juga rindu mama kandungnya. 
"Furiha sakit apa ? Tanya Nafisa  .
"Furiha nggak tahu kak, tapi kata papa ,furiha harus tinggalnya  di rumah sakit  . Furi juga nggak tahu kenapa rambut  furi  makin lama pada jatuh hingga furi  nggak punya  rambut.  Papa sering nangis liat  keadaan  furi tapi papa nangis pas furi  tidur  padahal furi cuma pura-pura tidur " nafisa menunduk  menahan air mata dibandingkan  dirinya furiha  sangatlah kuat . Nafisa beruntung mempunyai keluarga  yang menyayangi dirinya. 

"Furi " panggil seseorang  aku ikut menengok  ke arah suara .

"Kak ,furi  pamit ya soalnya udah di panggil sama om " Nafisa  belum sempat  menjawab furiha  sudah hilang. Efek kelamaan melamun .
Kini Nafisa  sendiri  lagi ,mama dian yang berkata  ingin membeli minum sampai saat ini belum muncul juga.
Nafisa  mencari nama dina ternyata dia sedang  menerima panggilan telepon.

"Mama mohon jangan sakiti nafisa  zar , jika kamu tak ingin Nafisa terluka ceraikan  dia Zar. Lebih baik dia melupakan daripada di madu " Nafisa membungkam mulutnya  agar tidak terisak . Ternyata ini  yang di sembunyikan , tapi kenapa  suaminya  tega melakukan ini .
Nafisa mundur perlahan hingga menjauh dari rumah sakit . Lebih baik Nafisa pergi  menenangkan  diri sebelum menerima kenyataan  ia harap ini hanya mimpi .  Tapi ketika mencubit  pipinya  terasa sakit  ini nyata bukan  mimpi .
Nafisa berjalan tergesa-gesa tanpa melihat ke kanan dan kiri hingga nafisa terserempet mobil yang  dikendarai  seorang  anak pemimpin   pondok pesantren .

"Astagfirulloh " gadis itu turun dan membawa nafisa  ke mobilnya  lalu di bawa ke unit kesehatan  pondok pesantren milik abinya.

Nafisa bangun dan tidak mengenali ruangan yang ia gunakan .
"Alhamdullilah  akhirnya ukhty siuman " ucap gadis itu pada Nafisa. 
"Aku dimana ?" Bukannya  menjawab Nafisa malah bertanya. 
" di pondok pesantren ukh" jawab orang  itu. 
"Ukh, nama aku ukhti ? " tanya Nafisa. 
"Subhanalloh ukhty tidak tahu nama ukhty ?" Tanya orang  itu .  Nafisa menggeleng  . Dia juga merasa takut  otabgbyang di depannya memakai penutup  wajah.  Orang itu mengetahui  ketakutan  Nafisa langsung menjelaskan.
"Nama ana fatimah abdullah ukh , kain penutup  yang ana kenakan namanya cadar"  fatimah sudah terbiasa ditatar sinis karena  memakai cadar tapi tidak mengurangi  niatnya untuk memakai cadar. Meski cadar bukanlah suatu kewajiban .
"Namaku siapa ?" Tanya Nafisa.  Kini seseorang  yang disebut  dokter menjelaskan ternyata Nafisa terkena amnesia ringan.
"Adiba  ,nama ukhty  adiba . Ukhty mau kan   " kini dokter yang memeriksa  nafisa  yang bersuara.

"Mau dok " jawab Nafisa .

"Panggil ummi " ungkap dokter itu. 
Sudah diputuskan untuk sementara  adiba alias nafisa tinggal  di pondok pasantren  milik keluarga abdullah. 
****
Dina mengakhiri  panggilan telepon .ia sadar  sudsh lama meninggalkan  Nafisa  seorang  diri  . Dina melangkah menuju taman yang sebelumya  Nafisa tempati.
Dina ya menemukan nafisa  ditaman itu padahal sudah bolak-balik namun tidak ketemu .
Dina memutuskan ke ruangan sang  anak namun tetap tidak ada.
Dina langsung menghubungi  anzar bahwa Nafsia hilangm sang  suami  yang sedang dinas  langsung meninggalkan tugasnya .
Tapi yang dilihat malah pertengkaran  antara anak dan ibu .

" udah bikin aib keluarga, sekarang  menghilang emang dasar anak nggak tahu diuntung " entah dimana kelembutan hati bundanya anzar  saat ini .
"Bunda.." peringat ayah anzar .
"Zar bunda mau pulang capek ngurusin  menantu tidak tahu diri " bunda anzar peegi begitu saja.
Keadaan  semakin kacau bunda  yang selalu jadi   panutan sekarang egois.
***
Adiba  alias Nafisa kini sedang berada di kamar fatimah  .
"Ukhty  inibbaju sama kerudung  milik fatimah, ukhty bisa pakai dulu, nanti sore biar ummi yang beli in baju untuk ukhty "  adiba tahu fatimah tersenyum  dibalik cadarnya
Terlihatbdari matanya yang menyipit .

"Makasih ya ,imah " ungkap adiba. 
"Afwan ukhty " jawab fatimah.

Adiba masuk kamar mandi dan berganti pakaian.  Fatimah sendiri  bingung mencari anggota keluarga seseo yang umminya  beri nama adiba  itu.  Ketika tak sengaja fatimah menyerempet  tak ada dompet atau kartu tanda lainnnya . Tapi dia mengingat  baju yang dikenakan adalah  seragam  rumah sakit .
Abinya  fatimah bergerak cepat menghubungi pihak rumah sakit dan mendapatkan  nomor telepon  orangtua dari nafisa . Mereka mengizinkan anaknya  tinggal di pondok pesantren  biarkan untuk beberapa waktu agar mengubah sikap anaknya  buatlah dia memandang dari jauh perkembangan anaknya.  Anzar?  Papa nafisa tidak ingin memberitahukan  keberadaan  nafisa pada anzar biarlah dia mencari sendiri  .

Dan biarlah nafisa mencari kebahagiaannya  sendiri .

Bersambung  ..
Sabar ya zar 😢
Typo  dan semacamnya  adalah kesalahan  author.
ini ngetik langsung up loh author seneng tanggapan para pembaca pada suka sama cerita  ini
Jangan lupa vote dan komentar. .
Sebaik-baik bacaan adalah alquran

Setulus Cinta AnzarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang