Remember Me (TAMAT)

PROLOG

"Pada akhirnya, kau akan tetap melakukan ini."

Abner mengawalku berjalan melintasi koridor panjang yang dipenuhi cahaya. Dinding-dinding tinggi di sekeliling kami tampak berkilauan seperti berlian. Ujung lorong ini adalah sebuah pintu yang tak menghubungkan kami dengan ruangan manapun. Hanya ada tepian langit di sana. Dengan teras yang lebar dan lantai sebening udara.

Malaikat-malaikat Tuhan menunggu di teras sana. Aku tak tahu berapa jumlah mereka. Ada ribuan bahkan lebih dari itu. Mereka berdiri dalam warna jubah yang sama. Sayap-sayap mereka terkadang terlihat sedikit berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Ketika aku sampai di teras itu. Aku melihat bentangan langit yang diselimuti awan. Bumi berada nun jauh di sana. Terlihat kecil namun memancarkan sesuatu yang telah membuatku mengambil keputusan ini.

Salah satu dari malaikat Tuhan menghampiriku. "Kau sudah siap?" tanyanya. Aku mengangguk. Sebelum menoleh ke arah Abner yang sejak tadi tak pernah pergi dari sisiku.

"Aku sudah memutuskan," ujarku kepada Abner. Ia hanya mengangguk, lalu mundur beberapa langkah.

Aku tak tahu seperti apa rasanya. Aku tak bisa merasakan apapun. Kulihat tubuhku yang semula diselimuti cahaya, perlahan meredup. Kilauan itu memudar hingga tak menyisakan barang seberkas sinar pun di tubuhku.

Ada sesuatu yang terasa begitu panas di balik punggungku. Seperti seluruh ragaku telah ditarik paksa. Namun kemudian, angin menghempasku. Hingga hamparan langit yang ada di pijakan kakiku tampak seolah-olah runtuh.

Tak ada lagi yang bisa kupijak di sini. Hingga aku merosot jatuh.

Melayang di antara hembusan angin.

Aku... di sini kah akhir hidupku?

Namun sebuah lengan kokoh menangkapku cepat. Mataku terasa berat. Aku nyaris memejamkan mata. Dan tak ingat apapun. Kecuali kepakan sayap di punggung lelaki itu, dan sebuah senyum yang hangat.

"Kuantar kau sampai ke bumi, kawan lama," ujarnya.

Dan mataku kali ini, benar-benar terpejam.

* * *