4|| Ireina Shanika Viranza

81 9 12
                                    

Jangan menyerah hanya karena kamu berbeda, buktikan bahwa kamu bisa. Buat mereka sadar, bahwa kekurangan bukanlah hambatan.

-Floretta Karalyn Carabella

Floretta duduk dengan kaku disofa ruang tamu disebuah rumah yang Floretta yakini bahwa ini adalah rumah Aksa.

Floretta masih terkejut dengan apa yang terjadi tadi, tiba-tiba saja Aksa datang ke sekolah menyuruhnya masuk kedalam mobil cowok itu, lalu disinilah ia berakhir.

Aksa memang penuh teka-teki.

"Ini non minumnya, silahkan diminum," suara asisten rumah tangga itu menyentak Floretta dari lamunan singkatnya. Floretta tersenyum pada wanita paruh baya yang tengah meletakkan dua gelas jus dan beberapa camilan di atas meja.

"Makasih bik," Ujar Floretta.

Wanita paruh baya itu tersenyum. "Non temennya Den Aksa?" Tanyanya.

"Iya Bik," Floretta mengangguk.

Asisten rumah tangga itu tersenyum, lantas berpamitan untuk kembali ke dapur.

Floretta memperhatikan sekelilingnya, Floretta sempat terkagum sesaat setelah sampai dirumah ini tadinya. Bagaimana tidak, rumah Aksa ini seperti rumah-rumah yang sering ia lihat difilm-film. Mewah dan elegan.

Floretta sempat menerka-nerka apa sebenarnya pekerjaan orang tua Aksa, dan sekaya apa keluarganya itu?

Lamunan Floretta buyar saat terdengar langkah kaki mendekat dari arah tangga, seketika Floretta menoleh. Aksa berjalan ke arahnya dengan beberapa buku ditangannya. Cowok itu sudah mengganti baju seragamnya dengan kaos polos berwarna hitam. Tapi masih mengenakan celana abu-abu.

Aksa duduk di sofa berhadapan dengannya, cowok itu meletakkan buku yang ada ditangannya ke atas meja.

"Lo mau ngerjain yang mana?"

"Hah?" Ujar Floretta spontan. Entah karena tak mengerti perkataan Aksa, atau karena terkejut saat cowok itu tiba-tiba bertanya.

Aksa menunjuk soal-soal di atas meja. Seketika Floretta mengerti maksud cowok itu.

Floretta menggaruk pipinya sesaat. "Bisa kerjain bareng aja nggak? Gue nggak begitu ahli dalam bidang matematika."

Aksa terdiam sejenak. Floretta sudah mengira bahwa cowok itu akan menolak permintaannya, tapi sepertinya perkiraan Floretta salah. Aksa beranjak dari duduknya, berjalan ke arahnya lalu duduk dikarpet di bawah sofa yang ia duduki, tepat disebelah kakinya. Floretta spontan ikut menurunkan tubuhnya, hingga kini mereka duduk berdampingan di atas karpet dengan meja kaca persegi panjang di hadapan mereka.

Aksa meraih buku-buku nya di atas meja, lalu membukanya untuk mulai mengerjakan soal. Floretta memperhatikan dengan serius pekerjaan cowok itu. Kadang kala ia mengerjakan soal yang bisa ia kerjakan, tak jarang pula bertanya pada Aksa soal yang tidak ia pahami. Yang langsung cowok itu jelaskan dengan penjelasan singkat namun masih bisa Floretta pahami.

Suara tangisan perempuan terdengar samar dari arah pintu rumah membuat Aksa maupun Floretta menghentikan pergerakan tangan mereka yang tengah mengerjakan soal. Aksa langsung beranjak menuju pintu, Sedangkan Floretta terdiam sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk mengikuti langkah Aksa.

"Kamu kenapa?"

Floretta mematung melihat kejadian dihadapannya sekarang. Floretta terperangah, merasa tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar sekaligus lihat.

Dihadapannya, Aksa cowok yang katanya introvert, irit ngomong dan nggak pedulian itu kini tengah berjongkok dihadapan seorang anak kecil perempuan berusia sekitar dua belas tahun yang duduk disebuah kursi roda. Mengusap pipi anak perempuan itu dengan lembut.

FLORETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang