Aksa tak langsung menjawab, cowok itu sibuk menatap bintang-bintang di langit. Seolah bisa menghitungnya.
Lama dalam keadaan hening, hingga suara hembusan nafas Aksa terdengar. Cowok itu lantas menoleh menatap Floretta. Menatap dalam mata cewek itu.
"Yang lo denger emang bener. Gue emang nggak sedingin ini dulunya. Gue juga nggak se penyendiri ini. Tapi semuanya berubah. Lima tahun yang lalu," Aksa kembali mengalihkan tatapannya dari Floretta, memilih mendongakkan kepala menatap langit malam.
"Hidup gue awalnya seperti anak-anak seusia gue pada umumnya. Punya keluarga utuh yang bahagia. Punya papa yang hebat yang selalu lindungi keluarganya. Punya mama hebat yang selalu menyayangi keluarganya. Dan punya adek yang bisa bikin suasana rumah jadi makin hidup. Gue udah cukup bahagia dengan semua itu. Gue udah nggak berharap apa-apa lagi. Hanya satu, keluarga gue selalu seperti ini," Ucap Aksa. Nadanya terdengar dipenuhi emosi. Bukan marah, lebih ke arah kecewa.
"Tapi yang namanya harapan nggak pernah sesuai sama kenyataan kan?" Ujar Aksa menatap Floretta sesaat lalu kembali menatap ke atas.
"Hidup nggak selalu berporos disatu titik, ada kalanya berputar ke titik lain. Hidup nggak selalu diatas, ada kalanya kita jatuh ke bawah," Ujar Aksa. "Sama kayak hidup gue. Lima tahun lalu, gue jatuh ke titik terendah. Nggak ada lagi papa yang selalu melindungi keluarganya, nggak ada lagi mama yang selalu menyayangi keluarganya. Nggak ada lagi adek yang bisa bikin suasana rumah makin hidup. Semuanya hancur, diwaktu yang bersamaan," Floretta bisa mendengar, ada luka dari suara cowok itu. Luka yang sudah lama ditutup. Tapi sekarang, terpaksa dibuka kembali.
"Gimana bisa? Hidup gue yang awalnya masih terasa sempurna tiba-tiba hancur dalam sekejap? Paginya gue masih dianter sekolah sama papa. Paginya gue masih makan sarapan buatan mama. Gue bahkan masih jailin adek gue. Gimana bisa waktu gue pulang sekolah semuanya tiba-tiba berubah? Seakan keluarga sempurna yang gue rasain sebelumnya itu cuma sebatas hayalan? Gimana bisa gue berhayal selama belasan tahun?" Aksa terkekeh pelan. Bukan tawa bahagia yang terdengar, terselip luka yang amat menyakitkan didalamnya.
"Semua berawal dari Ireina yang mengalami kecelakaan sampai kehilangan fungsi kedua kakinya, masalah itu aja udah terlalu berat buat gue. Adek gue, yang biasanya selalu ngadu ke mama setiap gue jahilin. Adek gue yang selalu merengek minta dibeliin apapun yang dia pengin. Adek gue yang selalu marah setiap gue ejek pendek. Adek gue yang--" Aksa menghentikan ucapannya. Tak bisa melanjutkan. Mata cowok itu memerah, namun tak ada tangis disana.
"Gue bisa lihat seberapa sedihnya dia waktu tau kondisi kakinya. Gue tau, seberapa kuat usahanya memasang senyum palsu, supaya keluarganya nggak khawatir. Gue tau, dia sering bangun ditengah malam saat semua orang tertidur hanya untuk menangis. Berharap nggak ada yang tau kalau dia sama terpuruknya. Dia nggak mau keluarganya semakin sedih kalau tau dirinya terpuruk. Maka dari itu dia berusaha terlihat baik-baik aja didepan semua orang, padahal sebenernya dia sama hancurnya. Lo nggak nyangka kan, anak sekecil itu bisa berpikir sejauh itu? Gue bahkan masih nggak nyangka sampai sekarang."
Mata Floretta berkaca-kaca, Tak menyangka Ireina yang selama ini dikenalnya sebagai gadis ceria ternyata seorang yang begitu pandai menyembunyikan kesedihannya.
"Belum selesai masalah soal Ireina, datang satu masalah yang bener-bener menghancurkan semuanya," Kali ini bukan rasa sedih yang melingkupi Aksa. Melainkan amarah.
"Papa yang dulunya gue anggep papa terhebat, tiba-tiba pergi. Pergi dalam istilah yang sebenernya. Entah kemana gue sendiri nggak tau. Meninggalkan keluarganya yang saat itu dalam kondisi hancur. Semakin hancur waktu tau, orang yang dianggap mampu mengembalikan kehancuran itu tiba-tiba pergi. Tanpa pamit, tanpa ngomong apapun. Bahkan dia belum sempat lihat kondisi Ireina," Ujar Aksa. Kilat amarah terlihat jelas dikedua mata cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLORETTA
Teen Fiction[H•I•A•T•U•S] Aksa Melviano Alterio, sosok misterius penuh teka-teki. Yang kebanyakan orang tau, Aksa itu cowok penyendiri, yang tidak suka diganggu. Tanpa tau, bahwa kehidupan Aksa tidak sesederhana yang terlihat. Floretta Karalyn Carabella, murid...