Aksa menarik tangan Floretta agar mengikuti langkahnya. Floretta berusaha mengimbangi langkah cepat cowok itu, bahkan ia sampai sedikit berlari.
Berulangkali Floretta mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman cowok itu. Cowok itu terlalu kuat mencengkram pergelangan tangannya, ia sampai kesakitan.
Mereka sampai di taman rumah sakit yang lumayan sepi. Aksa menghempaskan tangan Floretta sedikit kasar membuat tubuh cewek itu sedikit terhuyung ke belakang.
Mereka berdiri berhadapan, sorot mata tajam Aksa mengintimidasi Floretta yang tengah mengusap pergelangan tangannya yang memerah karena cengkraman tangan cowok itu tadi. Tapi bukan itu yang menjadi fokus Aksa saat ini.
"Lo jadi penguntit sekarang?" Tanya cowok itu dengan suara yang entah kenapa terdengar begitu mengerikan ditelinga Floretta. Cewek itu terdiam mencari jawaban.
"Gu..gue cuman--"
"Lo nggak tau batasan privasi seseorang?" Aksa memotong perkataan Floretta dengan perkataan tajamnya. Membuat Floretta menciut seketika. Cewek itu memilih menunduk menghindari sorot mata tajam itu.
"Gue tadi cuman--"
"Cuman apa? Kebetulan lewat?" Potong cowok itu lagi. Tak memberi kesempatan pada Floretta untuk berbicara ataupun menjelaskan.
"Lo seharusnya tau batasan lo. Ada hal yang boleh dan nggak boleh lo ketahui," Kata cowok itu lagi, suaranya datar nyaris tanpa emosi. Membuat siapapun merinding mendengarnya, termasuk Floretta.
"Maaf," ujar Floretta pelan tak tau mau menjelaskan apa lagi. Cewek itu menunduk, tak berani membalas tatapan tajam cowok itu.
"Gue nggak butuh maaf lo," Kata Aksa datar. "Gue emang udah setuju buat berteman sama lo. Tapi itu nggak ngebuat lo punya hak buat tau lebih jauh tentang kehidupan gue. Jaga batasan lo," tekan cowok itu.
Aksa berbalik, lalu melangkah meninggalkan Floretta yang terdiam karena ucapan menohoknya barusan. Jelas saja perkataan cowok itu menghantamnya. Seakan mengingatkannya akan posisinya yang hanya orang asing bagi Aksa. Padahal pada kenyataannya memang begitu.
Cowok itu berhenti melangkah, berbalik menatap Floretta lagi.
"Sekarang gue baru sadar, ngebiarin lo masuk ke kehidupan gue itu adalah kesalahan besar," ucap Aksa lalu membalikkan tubuhnya dan melanjutkan kembali langkahnya.
Deg.
Perkataan itu jauh lebih menohok Floretta daripada perkataan sebelumnya.
Floretta menatap punggung Aksa yang mulai menjauh. Cewek itu menghela nafas panjang lalu mengusap pelan wajahnya.
Ia sadar, ia sudah terlalu jauh melangkah. Perkataan Aksa tadi benar. Harusnya ia tau batasan, ia bukan siapa-siapa. Tak seharusnya ia melakukan hal ini. Apalagi sampai mencari tau sejauh ini.
Sekarang Floretta menyesal, ia sudah menghancurkan kepercayaan Aksa. Baru kemarin hubungan pertemanan mereka terjalin, tetapi karena kebodohannya hubungan itu hancur begitu saja.
*****
"Lo kenapa sih Flo?" Tanya Kalila menatap Floretta yang tengah menenggelamkan kepalanya dlipatan tangannya diatas meja.
Floretta menggeleng pelan. Moodnya menjadi buruk semenjak pertengkarannya dengan Aksa kemarin. Apalagi hari ini Aksa tidak masuk sekolah, Floretta jadi tidak bisa meminta maaf.
Floretta menghela nafas berat, cewek itu menegakkan tubuhnya. "Gue udah melangkah terlalu jauh Kal," ujar Floretta tanpa menatap Kalila. Cewek itu memandang kosong kedepan sembari menopang dagu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLORETTA
Teen Fiction[H•I•A•T•U•S] Aksa Melviano Alterio, sosok misterius penuh teka-teki. Yang kebanyakan orang tau, Aksa itu cowok penyendiri, yang tidak suka diganggu. Tanpa tau, bahwa kehidupan Aksa tidak sesederhana yang terlihat. Floretta Karalyn Carabella, murid...