Twelve

289 50 1
                                    

Ten berdiri didepan toko bunga dengan hati berdebar. Memenuhi pinta nona Chungha untuk menunggu.

Gadis itu membantu menutup toko bunga tempatnya bekerja. Menyerahkan kunci pada teman nya yang mendapat jatah piket. Kemudian menghampiri Ten.

Mengajak pemuda bersurai legam itu mengobrol ditempat yang lebih nyaman.



Dan kemudian mereka duduk di dalam sebuah coffe shop. Menikmati dua gelas coklat panas (sebab Chungha mengingatkan Ten yang akan memesan kopi, bahwa pemuda itu belum makan apapun sejak makan siang nya terlewat).


"Nama nya Rani Kim."


Ten memusat atensi pada Chungha setelah mereka meminum satu dua teguk coklatnya.



"Dia guru di sebuah taman bermain dan penitipan anak. Juga sukarelawan disebuah panti jompo."

Sedikit terkejut, sebanyak apa kegiatan gadis itu dalam seharinya?

Namun Chungha terkekeh sebentar.



"Dia akan mengajar dan menjaga anak-anak ditaman bermain dari pukul 8 sampai pukul 12. Kemudian pergi ke panti hingga petang."

Ten mengangguk paham. Betapa lelah nya membayangkan keseharian si gadis.

"Dia dibayar untuk kerja nya di taman bermain dan di tempat penitipan. Tapi panti tidak bisa memaksa nya menerima imbalan kecuali sekarton susu dan plester luka."

Tertegun. Plester luka? Apa artinya tidak hanya dia yang sadar bahwa banyak luka yang dimiliki si gadis?

"Kenapa dia terluka?" Tanya Ten.

Agak konyol. Tapi ini terus berputar dikepalanya dan mendesak keluar. Mengapa si gadis- ah ralat, nama nya Rani Kim. Mengapa Rani Kim terluka?Sebab siapa?


"Kau yakin ingin tahu?" Tanya Chungha.

Ya! Tentu!


Ten tidak menunggu selama ini untuk hal sia-sia.

Hachiko -Ten✔Where stories live. Discover now