Twenty Three

263 44 2
                                    

Ini hari ke 20 Ten menyambangi rumah sakit elit di negeri nya. Demi menengok seorang teman baru yang dia temui di halte bis.

Sedikit kemajuan, kini Ten dan Rani Kim duduk di taman rumah sakit. Menikmati pagi cerah mereka. Setidaknya sebelum pukul 1, dimana Ten harus pergi bekerja.



"Bagaimana keadaan mu? Sehat?"

"Jauh lebih baik." Sahut Rani Kim.







"Baguslah. Ah ya, aku membawa novel milik Tern yang ku ceritakan kemarin." Ucap Ten seraya menyodor sebuah buku setebal 10 cm dengan sampul ungu.

"Wahh terima kasih." Dan senyum menggemaskan itu datang lagi.

Ten hampir mengelus dada. Meminta dirinya sendiri untuk bersabar.

Bagi Ten, gadis ini candu sekali.




Tiap ekspresinya, tiap kerlingan nya tiap gerakannya, bahkan tiap nafasnya, membuat Ten mabuk sendiri.



Bagaimana ini? Si pemuda sudah jatuh cukup dalam bahkan di awal fase pertemanan mereka.


"Rani, kapan kau pulang?" Tanya Ten, mengalih perhatian si gadis yang masih mengagumi novel dihadapan nya.


"Kata dokter, aku bisa pulang besok."


Si gadis tersenyum. Dan tak ayal menular pada si pemuda. Rasanya senang melihat gadis ini sembuh(meski Ten tidak tahu pasti apa sakit si gadis. Rani tidak menjawab saat ditanya.)





Tapi, hei.. tunggu.






Jika Rani Kim sudah sembuh dan akan pulang, artinya Ten tidak bisa lagi menengok gadis itu tiap hari?

Ten sedikit kecewa membayangkan intensitas pertemuan mereka mungkin akan berkurang banyak.





Selain di halte dan bis seperti dahulu, Rani Kim pasti akan kembali sibuk dengan keseharian di tempat penitipan dan panti.





"Hey, boleh aku mengantar mu pulang, besok?" Tawar Ten.

Rani berbinar senang. Lalu mengangguk semangat.

"Tentu! Chungha juga akan menjemputku besok."



Mengusap pelan surai si gadis Kim, mereka tertawa bersama.



Bukan kah hebat? Selain berbagi tawa, Rani Kim sudah mulai terbiasa dengan usapan lembut Ten pada kepalanya.





Hachiko -Ten✔Where stories live. Discover now