Twenty One

273 41 0
                                    

"Untuk apa membeli bunga setiap pagi?"



Kali ini Rani Kim tersenyum kecil dengan tatapan sendu. Ten sedikit panik.

Apa pertanyaan nya salah? Apakah menyinggung?

Mengapa raut nya mendadak sendu? Padahal Rani Kim tertawa saat tadi ia berkata membawakan sandwich buatan nya (ya, dengan bantuan Daniel untuk membuat roti isi tersebut).



"Aku.. mengunjungi makam, sebelum pergi bekerja."





Hati si pemuda mencelos. Seketika merasa bersalah menanyakan hal ini.

Mereka diam selama satu menit penuh.

"Maaf, aku tidak tahu."

Rani Kim menggeleng, membuat air matanya mau tidak mau bergulir turun.



"Tidak, tidak apa-apa Ten. Sungguh." Sahut Rani meyakinkan.



Ten mengusap kasar wajah nya. Beranjak dari duduk nya untuk meraih tubuh gadis Kim masuk dalam sebuah pelukan.

"Aku tidak bermaksud membuat mu bersedih."



Ten mengusap pelan punggung Rani Kim yang berusaha menetralkan emosi nya.




"Ten, bisakah..... -aku memeluk mu, juga?"





Ten menyanggupi. Dan dengan itu Rani Kim menitikkan setetes dua tetes air mata dalam diam nya.

Namun rematan erat diujung kaus menjelaskan betapa gadis ini menahan kesedihan mendalam.



Memutar otak sejenak.






Mendapat setidak nya satu dua luka setiap hari dari seseorang, hidup sendiri setelah ditinggal orang terkasih, tentu gadis itu menyimpan banyak kesedihan.









Tapi bagaimana, senyumnya tetap terlihat tulus dan hangat?

Hachiko -Ten✔Where stories live. Discover now