Eighteen

277 45 5
                                    

Ten bergumam sebentar saat Rani Kim bertanya mengapa ia membawa bunga matahari.

"Agar kau cepat sembuh." Sahut Ten kemudian.

Rani Kim terkekeh kecil mendengar nya. Sejenak mengagumi betapa indah dan segar bunga itu pagi ini.




"Terima kasih Ten."


Si pemuda mengangguk dengan senyum senang. Setelah menata nya dalam vas, Ten kembali menghampiri Rani dan duduk disamping ranjang nya.




Keduanya kemudian mengobrol ringan tentang kejadian sehari-hari, tentang kebiasaan, atau hobi dan hal yang disukai. Sama seperti 2 hari yang lalu.

Sampai Ten akhirnya diam lama. Menimang seberapa pantas sebuah pertanyaan yang akan ia keluarkan.

"Ada apa?" Tanya Rani, mengerti kegundahan pemuda itu.

"Em, tidak." Sahut Ten.

"Kau yakin?"





Diam.

Ten hanya kurang yakin apakah pertanyaan ini akan menyinggung atau tidak. Matanya bergerak gelisah.









"Ada yang ingin kau tanyakan?"


Ten menghela. Apakah dia memang semudah itu untuk ditebak orang lain? Atau orang-orang disekitarnya memiliki kadar peka diatas rata-rata?






"Ten-ssi, ini hari ketiga kau mengunjungiku. Tanyakan sesuatu jika memang kau ingin bertanya." Tawar Rani.

"Kau mungkin akan marah atau merasa tidak nyaman." Sahut Ten.

"Aku tidak akan menjawab jika itu tidak bisa ku jawab."



Ten berpikir sesaat. Dia dan gadis ini baru saja mulai saling berteman. Rasanya tidak rela jika hanya sebab sebuah pertanyaan, hubungan ini merenggang.














Namun rasa penasaran juga terus menghampiri Ten. Dia ingin sekali mengenal gadis ini lebih jauh.





*Bunga Matahari melambangkan ketulusan dan kesetiaan.

Hachiko -Ten✔Where stories live. Discover now