Thirty One

237 41 2
                                    

-[⚠] sensitive content.

"Aku jatuh cinta, Chungha-ssi. Kenapa aku harus meninggalkan nya, saat berada disisinya adalah hal yang paling kuinginkan? Olehnya, hatiku telah direnggut habis."



Chungha menekap mulutnya yang terbuka. Katakan ia salah dengar. Katakan ia berhalusinasi. Karena benarkah akhirnya ada orang yang akan menerima sahabatnya dengan tulus selepas ini?

"Jika dia tidak bisa membalas perasaan ku, aku tidak akan meminta apapun. Bukan kah sejak awal kami memang berteman? Setidak nya biarkan aku mempertahankan hubungan ini."

Ragu itu mulai terkikis. Meski tetap was-was, Chungha bisa melihat kesungguhan dalam diri Ten.

"Tolong. Aku hanya perlu menemuinya."





Dan dengan itu pintu terbuka. Chungha menuntun nya masuk perlahan hingga berdiri di depan kamar sang sahabat.



"Kuperingatkan sekali lagi. Jika setelah ini kau meninggalkan nya, lebih baik jangan ditemui. Dia tidak dalam kondisi baik, dan aku baru sempat kemari tadi malam."

"Chungha-ssi ..."

Chungha membuka perlahan pintu kamar Rani Kim. Memotong omongan Ten.

Si pemuda sontak menoleh kedalam. Disana Rani Kim duduk bersandar pada kepala ranjang dengan tatapan kosong, lurus kedepan.

Tubuh ringkihnya nampak jauh lebih kurus. Kantung mata yang menghitam dan wajah pucat. Rambutnya kusut. Bibirnya kering dengan sorot mata sayu.

Dan yang membuat Ten tercekat, ada perban membalut kening dan kedua tangan Rani Kim. Serta plester luka di ujung alis dan bibir.

Hanya berbalut kaos rumahan warna hitam. Dengan selimut menutupi kakinya.

Rani Kim bahkan tidak menyadari keberadaan orang lain diambang pintu kamarnya.

Hachiko -Ten✔Where stories live. Discover now