Thirty Two

241 44 1
                                    

[⚠] sensitive contents





Menutup pintu kamar perlahan. Ten menatap Chungha dengan emosi menggebu.

Dia bahkan baru sadar seluruh sudut rumah Rani Kim tampak berantakan.

Ruang depan yang berdebu. Ada bantal berserakan berikut vas yang pecah.

Serta dapur. Dia bisa melihat ada gelas dan piring pecah serta panci dan penggorengan yang telah ditumpuk menjadi satu.

Utamanya kamar. Ada selimut diujung ruangan dan Ten bersumpah melihat bercak darah disana. Ah, dan tongkat baseball tergeletak.

Ada apa sebenarnya!?




"Siapa yang melakukan ini padanya!?" Tanya Ten berapi-api.

"Ten-ssi...."

"Katakan siapa!? Aku akan menangkap dan melaporkan nya !!!"



Ten menggeram marah. Berjanji akan membunuh siapapun yang berani menyakiti gadisnya.

Chungha menelan ludah yang terasa sekeras karang. Hatinya berdenyut sakit mengingat bagaimana ia membereskan sebagian dari kekacauan ditempat tinggal sahabat nya.


Air mata bahkan tetap jatuh saat ia mengobati tiap luka dan lebam Rani Kim yang membiru.









"Kau tidak bisa melaporkan Rani pada polisi karena telah melukai dirinya sendiri."



Dengan itu Chungha menitikkan air matanya(lagi).




Hilang kata. Keadaan mendadak sunyi dengan gelombang dahsyat yang tiba-tiba menyerang otak si pemuda.

Ten hancur. Seluruh dunianya berputar melawan arah tanpa henti.

Jika dia pikir dia dan si gadis sudah cukup dekat, nyatanya dia salah.

Jika dia pikir dia bisa memenjarakan siapapun yang sebelumnya telah melukai si gadis, nyatanya dia salah.

Ten hanya tidak tahu kenyataan. Ten hanya tidak tahu seberapa banyak yang ditutupi Rani Kim. Ten hanya tidak tahu apa-apa.

Ten tidak tahu Rani Kim yang tersenyum hangat dan penuh keceriaan nyatanya hanya segumpal ketakutan yang tengah membentengi dirinya dari siapapun dan apapun.


"Dia mati rasa. Rani kehilangan tujuan hidup sejak kehilangan seluruh keluarganya."

Hachiko -Ten✔Where stories live. Discover now